Merger BTPN dan Sumitomo Mitsui Tak Ganggu Layanan Nasabah

Merger BTPN dan Sumitomo Mitsui Tak Ganggu Layanan Nasabah

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 03 Agu 2018 09:45 WIB
Merger BTPN dan Sumitomo Mitsui Tak Ganggu Layanan Nasabah
Foto: Ardan Adhi Chandra
Jakarta - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) akhirnya mengumumkan segera menjalankan aksi korporasi penggabungan usaha dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI). Kedua bank ini adalah anak usaha dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC).

Rencana penggabungan ini sudah berhembus sejak tahun lalu. Memang, SMBC sudah memiliki saham mayoritas di bank yang fokus menyalurkan kredit ke sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ini.

Jika sudah bergabung atau berkonsolidasi, bank ini juga akan memiliki 'kekuatan' di sektor korporasi. Pasalnya SMBCI saat ini juga fokus untuk kredit skala besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari penggabungan tersebut tentu ada risiko dan keuntungan yang akan ditemui bank. Apa saja risiko dan keuntungannya? Berikut ulasannya:
Berdasarkan prospektus ringkas yang diterbitkan BTPN, Kamis (2/8) proses penggabungan ini juga memunculkan risiko bank akan kehilangan nasabah.

"Sebagai akibat dilakukannya Penggabungan, terdapat kemungkinan bahwa nasabah dari masing-masing Bank Peserta Penggabungan akan tetap menjadi nasabah Bank Penerima Penggabungan, walaupun Bank Peserta Penggabungan memiliki segmen nasabah yang berbeda. Namun, Bank Penerima Penggabungan akan mengkomunikasikan keunggulan dan kekuatan dari Bank Penerima Penggabungan, layanan tambahan yang ditawarkan dan kekuatan keuangan yang lebih besar kepada nasabah," bunyi prospektus BTPN, dikutip Kamis (2/8/2018).

Kemudian, dari proses penggabungan tersebut juga ada risiko untuk pekerja yang memilih tidak bergabung. Apabila pekerja BTPN dan SMBCI memilih tidak meneruskan hubungan kerja dengan bank setelah merger maka bank bisa menemui hambatan.

"Karena itu, untuk memaksimalisasi pekerja BTPN dan SMBCI maka perseroan akan mempersiapkan langkah- langkah strategis yang optimal di bidang sumber daya manusia antara lain dengan mensosialisasikan kepada para pekerja setelah bank dimerger mengenai tujuan dari Penggabungan bank potensi pertumbuhan yang akan membuka peluang berkarir yang lebih luas dan terbuka di Bank Penerima Penggabungan," bunyi prospektus.

Pada awal rencana penggabungan, fokus proses integrasi adalah meminimalkan gangguan terhadap bisnis dan pihak-pihak berkepentingan (termasuk pelanggan dan vendor), memenuhi kebutuhan dari regulator (termasuk pelaporan), serta menyelaraskan kebijakan dan budaya pada Bank Penerima Penggabungan.

Tahapan integrasi selanjutnya adalah untuk mengoptimalkan operasi dan sistem teknologi informasi, serta merealisasikan sinergi yang diharapkan.

Penyelesaian dari proses integrasi juga memerlukan perubahan dan/atau penambahan kebijakan, Standard Operating Procedure (SOP) dan sistem teknologi informasi yang dapat menimbulkan risiko atas integrasi selama masa transisi. Tim integrasi mempersiapkan rencana kerja yang terperinci dan terukur dalam rangka proses integrasi, sehingga setiap proses integrasi dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dangan jadwal yang telah ditetapkan serta meminimalkan biaya dan risiko pelaksanaan integrasi.

Selain itu juga ada risiko tidak tercapainya sinergi yang diharapkan. Prospektus menjelaskan tujuan penting yang ingin dicapai dari dilakukannya penggabungan adalah adanya sinergi potensial yang dihasilkan dari penggabungan aktivitas usaha Bank Peserta Penggabungan.

Direktur Kepatuhan BTPN Anika Faisal menjelaskan proses merger ini masih tahap awal. Perseroan masih harus melalui sejumlah tahapan untuk menyelesaikan proses penggabungan usaha untuk sinergi ke depannya.

Menurut dia proses merger ini tidak akan mempengaruhi pelayanan terhadap nasabah BTPN.

"Dapat kami sampaikan bahwa proses merger ini tidak akan mempengaruhi pelayanan terhadap nasabah. Terpenting, kami akan terus menjaga komunikasi dengan nasabah dan stakeholder agar semua pihak mendapatkan informasi terkini terkait dengan proses penggabungan usaha ini," kata Anika kepada detikFinance, Jumat (3/8/2018).

Berdasarkan prospektus ringkas yang diterbitkan BTPN, saat ini sebelum penggabungan usaha SMBC merupakan pemegang saham pengendali BTPN yakni dengan komposisi saham 39,99%. Kemudian Summit Global Capital Management 19,9%, Masyarakat (masing-masing di bawah 5%) 38,39% dan saham treasuri 1,63%.

Kemudian jika sudah digabungkan maka struktur kepemilikan bank akan berubah dengan asumsi tidak ada pemegang saham BTPN dan SMBCI yang akan menjual saham yang dimilikinya.

SMBC akan menguasai 56,43% dengan jumlah saham 4,59 miliar dengan nominal Rp 91,95 miliar. Kemudian Summit Global Capital Management B.V akan memiliki saham 14,34%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) 0,15%, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) 0,28%, masyarakat 27,63% dan saham treasuri 1,17%.

Seluruh dokumen rencana merger ini akan diajukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada hari ini. Selanjutnya, setelah mendapatkan persetujuan dari otoritas yang berwenang, BTPN akan mengajukan persetujuan dari pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada waktunya.

"Publikasi ini menjadi tonggak dimulainya secara resmi proses penggabungan BTPN dengan SMBCI yang kami yakini akan memberikan dampak positif, bukan hanya bagi perusahaan, tetapi juga bagi perekonomian nasional. Penggabungan akan melahirkan bank baru yang lebih besar dan lebih kuat sehingga dapat lebih berperan memenuhi kebutuhan pembiayaan yang terus meningkat di berbagai sektor di Indonesia, baik ritel maupun wholesale," kata Direktur Utama BTPN Jerry Ng dalam keterangan tertulis, Jumat (3/8/2018).

"Bank Hasil Penggabungan nantinya akan dipimpin oleh Ongki Wanadjati Dana yang saat ini menjabat sebagai Wakil Direktur Utama. Dengan senioritas Ongki yang sudah berpengalaman di sektor keuangan lebih dari 36 tahun, ditambah pengalaman menjabat sebagai Wakil Direktur Utama BTPN selama lebih dari 10 tahun, saya percaya bahwa suksesi ini akan membawa implikasi positif terhadap jalannya perusahaan," lanjut Jerry.

Komisaris Utama BTPN Mari Elka Pangestu menyampaikan pergantian manajemen merupakan bagian dari proses transisi yang telah dimulai beberapa tahun sebelumnya. Sebagai pimpinan dalam Manajemen, Jerry berpandangan perlunya membangun successor untuk membawa pemikiran dan energi baru bagi BTPN.

"Pada 2016, Jerry telah menyatakan keinginannya untuk tidak lagi diangkat sebagai Direktur Utama, setelah masa jabatannya berakhir di 2019. Menyikapi itu, kami mulai mempersiapkan proses suksesi dan menominasikan Ongki Wanadjati Dana sebagai calon pengganti Jerry Ng," papar Mari.

Menurut Mari, seluruh rencana tersebut akan dimintakan persetujuan kepada regulator. Dia juga menyatakan, Jerry akan tetap memimpin bank yang melantai di BEI sejak 2008 itu hingga selesainya proses penggabungan.

"Dengan demikian, pergantian ini dipastikan tidak akan mengganggu proses bisnis di perusahaan." kata Mari.

Dalam proses penggabungan ini, BTPN memastikan layanan operasional bank akan tetap berjalan tanpa gangguan dan proses operasional kedua bank dapat disatukan dengan lancar.

"Kami yakin bahwa proses penggabungan yang kami lakukan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan semakin meningkatkan kepercayaan nasabah di masa mendatang," tutup Jerry.

Sumitomo Mitsui memberikan tender offer atau menawarkan kepada pemegang saham BTPN untuk menjual sahamnya kepada stand by buyer (SMBC) sebesar Rp 4.282 per lembar saham.

Setelah penjualan saham dan penggabungan, SMBC akan menguasai 56,43% dengan jumlah saham 4,59 miliar dengan nominal Rp 91,95 miliar. Kemudian Summit Global Capital Management B.V akan memiliki saham 14,34%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) 0,15%, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) 0,28%, masyarakat 27,63% dan saham treasuri 1,17%.

Kemudian jika sudah digabungkan maka struktur kepemilikan bank akan berubah dengan asumsi tidak ada pemegang saham BTPN dan SMBCI yang akan menjual saham yang dimilikinya.

Saat ini sebelum penggabungan usaha SMBC merupakan pemegang saham pengendali BTPN yakni dengan komposisi saham 39,99%. Kemudian Summit Global Capital Management 19,9%, Masyarakat (masing-masing di bawah 5%) 38,39% dan saham treasuri 1,63%.

Dalam prospektus disebutkan keuntungan dari penggabungan ini akan memudahkan akses pendanaan yang lebih luas dan lebih murah baik secara domestik maupun internasional. Ini karena semakin luasnya segmen nasabah yang dapat dilayani serta dukungan dari SMBC sebagai pemegang saham mayoritas kepada Bank Penerima Penggabungan akan meningkatkan peringkat rating kredit di mata kreditur dan investor.

BTPN juga memiliki peluang bisnis di segmen bisnis commercial, small medium enterprise (SME), dan retail dengan melakukan leverage terhadap supply/value chain dari nasabah korporasi (corporate) yang dilayani SMBCI dan para karyawan dari nasabah korporasi serta karyawan dalan supply/value chain tersebut. Sehingga setelah Penggabungan, Bank Penerima Penggabungan akan memiliki ragam nasabah dan potensi penyaluran dana yang lebih luas.

Pengamat Ekonomi menilai konsolidasi ini akan memperkuat perbankan dan perekonomian nasional. Hal ini karena hasil merger akan menjadikan BTPN bank yang memiliki layanan lengkap.

Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Tony Prasetianton menjelaskan saat ini BTPN memiliki eksposur di area pensiunan dan usaha kecil dan mikro (UKM). Dengan bergabungnya BTPN dan SMBCI maka bank tak perlu khawatir dengan masalah permodalan pasalnya induk usaha Sumitomo Mitsui Banking Corporation merupakan bank yang memiliki akses likuiditas yang besar.

Kemudian, BTPN mendapatkan mitra yang saling melengkapi (complementary) yaitu SMBCI yang memiliki latar belakang kuat di bidang kredit korporasi. Kombinasi BTPN dengan SMBCI bakal menciptakan bank baru dengan kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 4 yang memiliki eksposur lengkap, yaitu korporasi, menengah/komersial, UKM, pensiunan dan mikro.

"Ini akan baik bagi masa depan perbankan itu," kata Tony di Jakarta.

Ketiga, SMBC mempunyai komitmen kuat memperbesar 'bisnis tradisional' yang selama ini menjadi usaha inti BTPN. Menurut Tony, bank baru hasil merger nanti akan lebih bertenaga menjalankan kegiatan bisnis BTPN yang selama ini sudah berjalan.

Berdasarkan neraca keuangan per 31 Mei 2018 dari kedua bank, estimasi total aset konsolidasi dapat mencapai Rp 179 triliun. SMBC merupakan pemegang saham pengendali di BTPN dan SMBCI dengan porsi kepemilikan masing-masing 40% dan 98,48%. Seluruh dokumen rencana merger akan diajukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Setelah disetujui BTPN akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

Sebelumnya dalam keterangan tertulis Direktur Utama BTPN Jerry Ng meyakini proses merger BTPN dengan SMBCI bisa berdampak positif ke perusahaan dan perekonomian nasional.

"Merger akan melahirkan bank baru yang lebih besar dan lebih kuat sehingga dapat lebih berperan memenuhi kebutuhan pembiayaan yang terus meningkat di berbagai sektor di Indonesia, baik ritel maupun wholesale," kata Jerry.

Jerry melanjutkan, kekuatan masing-masing bank akan menjadi nilai tambah bank hasil merger. Pemegang saham memutuskan mempertahankan nama BTPN dengan mengusung visi baru menjadi bank pilihan utama di Indonesia, yang memberikan perubahan berarti dalam kehidupan jutaan orang, terutama dengan dukungan teknologi digital.

Hide Ads