Pertemuan tahunan di Bali ini sebenarnya apa sih output yang diharapkan pemerintah ke depannya pemerintah khususnya bagi Indonesia?
Pertama tentu saja bahwa waktu Indonesia memutuskan untuk menjadi tuan rumah IMF-WB dan ikut di dalam proses dikonteskan atau diperbandingkan dengan negara lain, tentu waktu itu pemerintah Indonesia sudah meyakini bahwa menjadi tuan rumah memberikan hal yang positif.
Memang hal positif yang pertama sifatnya tidak dalam bentuk uang, tapi dari sisi image, mungkin waktu itu pada tahun 2014, waktu diajukan ekonomi Indonesia dalam kondisi cukup baik, kita sebagai negara G20, kita pernah menjadi tuan rumah APEC, jadi Indonesia ingin terlihat sebagai negara yang di lingkungan dunia sebagai negara emerging yang patut menajdi tuan rumah untuk event besar.
Jadi keuntungan pertama yang dibayangkan tentu saja pemerintah Indonesia yang menyampaikan proposal mengajukan diri sebagai tuan rumah adalah suatu manfaat yang sifatnya ada reputasi Indonesia, lebih kepada posisi Indonesia, lebih kepada bagaimana Indonesia sebagai suatu negara di dalam pergaulan Indonesia mampu untuk menjadi tuan rumah suatu event, dan itu bukan baru sama sekali, karena sebelumnya pernah menajdi tuan rumah UNFCC pada 2008, kita pernah menajdi tuan rumah WTO, jadi ini memupuk suatu reputasi negara kita menjadi negara well governance yang dikelola dengan baik, well manage yang di-manage dengan baik, untuk negara yang memiliki prestasi kita juga punya pengalaman yang bisa dibagikan kepada negara lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makanya kita lihat banyak display UMKM barang Indonesia yang selama ini saya menjadi Bank Dunia selalu memakai baju batik mereka selalu melihat bagus, jadi berbagai pengeluaran yang kemudian dihitung oleh Bappenas dan menggambarkan bahwa ekonomi Bali meningkat, dan itu ditaksir nilainya Rp Rp 1,1 triliun, Rp 1,2 triliun, Rp 1,5 triliun which is jauh lebih besar dari pengeluaran langsung yang dipakai untuk perhelatan ini sendiri.
Aspek lainnya adalah, seperti yang sudah dilakukan walaupun baru dua hari, banyak yang kemudian membuat Indonesia menyampaikan persoalan-persoalan pembangunan yang relevan untuk Indonesia namun relevan juga utuk banyak negara, contohnya karena sekarang kita menghadapi bencana alam.
Maka mengenai bagaimana penanganan suatu negara menangi bencana alam, kesiapannya, bagaimana emergency-nya, membersihkan berbagai macam reruntuhan dan kemudian menciptakan kembali kehidupan ekonomi masyarakat sosial yang normal kembali, dan itu suatu proses yang banyak negara menghadapi.
Di Latin Amerika ada 4 negara berkumpul bersatu untuk membentuk suatu instrumen keuangan bersama namanya katastropik insurance untuk pasific, itu terdiri dari Meksiko yang sering terjadi bencana alam dalam bentuk gempa bumi, Kolombia, Peru, dan Chile, itu di Latin Amerika mereka menghadapi risiko yang sama.
Di Maroko mereka membuat mengenai asuransi mengenai masalah hasil tanaman dan rumah, dan UMKM. Ini sesuatu hal baru yang kami dalam menjadi tuan rumah pada saat yang sama kami juga menyampaikan Indonesia menghadapi situasi seperti ini (bencana) loh, apakah ada negara yang bisa membantu, dan siapa institusi yang menjadi katalis.
Itu hal-hal yang menguntungkan atau bermanfaat untuk kita, makanya muncul ide kita bisa buat pooling fund, juga sama seperti yang dilakukan di Filipina terhadap provinsi areanya, saya akan mendiskusikan dengan industri asuransi dalam negeri bagaimana menciptakan satu asuransi perumahan dan UMKM speerti di Maroko.
Saya membayangkan dan sudah menyampaikan ke Bank Dunia yang membantu Meksiko, Kolobia, Peru, dan Chile untuk yang disebut asuransi bencana, bagaimana prosesnya, bagaimana meng-issues, bagaimana hubungannnya dengan lembaga-lembaga keuangan nasional, jadi ini hal-hal yang berguna.
Ada hal lain bahwa kita di dalam event ini BUMN kita menyampaikan list proyek yang mampu menarik investor dan dia disampaikan ketersediaan pemerintah menyampaikan dukungan, apakah dalam bentuk jaminan, apakah availability payment, banyak sekali proyek yang akan ditandatangani untuk menciptakan konfiden dan menjadi daya tarik investor.
Jadi bicara tentang manfaat banyak sekali, yang sifatnya intangible enggak bisa diraba namun real yaitu reputasi, nama baik, image, posisi Indonesia, kan sama seprti politik luar negeri saja banyak manfaatnya kalau politik luar negeri kita bagus, itu nggak tangible tapi dihargai di dunia, menteria keuangan bicara dan bisa membentu, itu semua intangible tapi real sebagai suatu kehormatan suatu negara.
Ada juga manfaat yang sifatnya tangible, seperti kita belajar, kita bisa men-develop instrumen menghadapi bencana yang sering terjadi di Indonesia, di mana infrastruktur bisa kita presentasikan sehingga investor bisa lebih familiar kenal dan mereka tahu policy yang mendukung itu, sehingga menarik lebih banyak capital inflow di Indonesia, apalagi banyak kasus sekarang ini.
Anda tadi menyinggung soal asuransi bencana, bisa diterapkan di Indonesia mulai kapan?
Kajian sudah kita lakukan, sedangkan seperti yang saya sampaikan APBN kan masih dibahas dengan DPR, jadi kalau asuransi itu bisa dimulai dari asuransi barang-barang milik pemerintah, dan itu sudah kita akan mulai, artinya kalau sampai terjadi seperti ini bencana alam seperti gempa bumi yang terjadi di Lombok dan Palu itu gedung milik pemerintah banyak yang retak, banyak yang tidak feasible untuk dipakai karena masalah safety, itukan harus kita hancurkan lalu bangun yang baru, itukan banyak biaya.
Kalau kita punya asuransi terhadap barang milik pemerintah semacam itu, paling tidak kita mampu melakukan perencanaan pembangunan kembali sevara cepat, karena tidak terkendala dengan anggaran kita.
Kita juga ingin 2019 memulai apa yang disebut pooling fund dulu, jadi antar daerah kita buatkan semacam dana bersama kalau sampai terjadi apa-apa nanti akan digunakan dana itu, di luar dana bencana. Pertama alokasi anggarannya saya sudah minta untuk dinegosiasikan dengan dewan untuk dimulai dulu dengan kecil, tahap kedua kita akan bicara dengan industri asuransi kita yaitu reasuransi karena itu biasanya kalau total loss itu sangat besar, jadi industri asuransi kita tidak kuat menangani itu.
klik selanjutnya untuk halaman berikutnya...