Tujuan utama BI menaikkan suku bunga acuan tentunya untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Namun kali ini BI juga menaikkan suku bunga acuan dengan alasan untuk menekan defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
"Keputusan tersebut sebagai langkah lanjutan Bank Indonesia untuk memperkuat upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Jakarta Pusat, Kamis (15/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: BI Naikkan Bunga Acuan Jadi 6% |
Pagi tadi Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia yang kembali mengalami defisit di bulan Oktober. Kali ini nilainya US$ 1,82 miliar.
Defisit terjadi karena impor Indonesia bulan Oktober 2018 tercatat US$ 17,62 miliar. Sedangkan ekspor Indonesia bulan Oktober 2018 tercatat US$ 15,8 miliar.
Sementara BI mencatat, defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III-2018 meningkat sejalan dengan menguatnya permintaan domestik. Defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2018 tercatat sebesar US$ 8,8 miliar (3,37% PDB), lebih tinggi dibandingkan dengan defisit triwulan sebelumnya sebesar US$ 8,0 miliar (3,02% PDB).
"Kenaikan defisit transaksi berjalan antara lain dipengaruhi kenaikan impor yang berkaitan dengan proyek infrastruktur pemerintah yang diyakini dapat meningkatkan produktivitas perekonomian ke depan," tambah Perry.
Dia menerangkan, memang Indonesia saat ini masih terbebani besarnya impor dibanding ekspor. Namun hal itu tidak bisa dihindari karena banyaknya impor terkait barang modal.
Baca juga: Neraca Dagang RI Tekor Gara-gara Impor Migas |
Untuk menambal besarnya impor itu, BI berupaya untuk menjaga dari sisi arus modal asing yang saat ini diliputi kondisi ketidakpastian global. Untuk itu BI menaikkan suku bunga acuan demi menarik dana asing.BI menaikkan suku bunga acuan demi menarik dana asing.
BI pun mencatat neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan III-2018 surplus cukup besar, yakni US$ 4,2 miliar. Hal itu didukung oleh meningkatnya aliran masuk investasi langsung.
Perry yakin, defisit transaksi berjalan hingga akhir tahun masih akan di bawah 3% terhadap PDB. Sementara tahun depan BI memprediksi menurun di angka 2,5%. (das/ara)