Perry menyebutkan proyeksi ini karena perbankan akan ditopang dari terjaganya likuiditas untuk menjalankan bisnis.
Pada 2018, Perry menyebut pertumbuhan kredit bank tercatat 12,9%. Untuk menjaga pertumbuhan kredit, BI akan berupaya menjaga kecukupan likuiditas dengan berbagai macam instrumen pendalaman pasar keuangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kredit perbankan bisa tumbuh 12-13% tahun ini, karena didukung ekonomi yang membaik dan investasi yang terus tumbuh," katanya.
Baca juga: Modal Asing Masuk RI Capai Rp 14,75 T |
Pertumbuhan ekonomi di tahun ini juga diproyeksi lebih baik dibandingkan pada 2018. Berkurangnya tekanan ekonomi global diharapkan akan meningkatkan permintaan ekspor dan mendorong ekspansi dunia usaha.
Maka itu permintaan kredit diyakini akan menggeliat.
"Optimisme tumbuh, itu akan naikkan suplai dan permintaan kredit perbankan," jelasnya.
Dia menyebut bank sentral dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga akan terus memantau industri perbankan untuk mengantisipasi tekanan yang muncul, seperti pengetatan likuiditas.
Perry mengatakan pihaknya dan OJK akan membuat regulasi yang mendukung industri perbankan untuk meningkatkan fungsi.
"BI dan OJK akan koordinatif untuk mencermati suplai dan permintaan kredit, ditambah saat ini optimisme itu sudah tumbuh," ujarnya.
Dalam hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) kemarin, BI masih memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan berkisar di 10-12% (yoy). Sementara OJK menargetkan pertumbuhan kredit perbankan di 12-14% pada 2019.
Baca juga: BI: Minggu Ketiga Januari Ada Inflasi 0,5% |