Pada tahun 2010 hingga 2012 skema reasuransi berlanjut. Pada tahun 2010 KAP Soejatna, Mulyana & rekan memberi opini WTP. Kemudian, tahun 2011-2012 KAP Hertanto, Sidik & rekan juga memberikan opini WTP.
Jiwasraya mencatat laba 3 tahun berturut-turut yakni Rp 204,47 miliar di 2010, laba Rp 394,11 miliar di tahun 2011, dan laba Rp 268,19 miliar di tahun 2012.
Pada 2013, ekuitas Jiwasraya surplus Rp 1,75 triliun dari mulanya negatif Rp 3,2 triliun. Surplus ini terjadi karena ditopang oleh revaluasi aset. Laba Jiwasraya tercatat Rp 457,24 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, revaluasi aset ini memberi beban Jiwasraya ke depannya. Lantaran, revaluasi tidak menghasilkan cashflow tapi menghasilkan liabilitas dari sisi operasional. Revaluasi aset membuat pajak khusunya pajak bumi dan bangunan (PBB) langsung naik. Kondisi ini yang mendorong penerbitan JS Saving Plan untuk mengatasi likuditas.
"Maka sejak 2014 Jiwasraya terekspose sama dengan likuditas risk karena sebelumnya tidak punya profil liabilitas yang jatuh tempo setiap saat. Nah ini, punya jatuh tempo setahun-setahun kan tiap hari ada penerbitan kan. Saat itu seharusnya diperlukan likuidity management secara ketat," terang Hexana.