Soal Saham Gorengan di Jiwasraya, BEI: Ada Kolusi dari Awal

Soal Saham Gorengan di Jiwasraya, BEI: Ada Kolusi dari Awal

Vadhia Lidyana - detikFinance
Senin, 10 Feb 2020 15:40 WIB
Indeks harga saham gabungan (IHSG) berbalik melemah 0,07% atau 3,04 poin ke level 4.497,91 pada perdagangan Rabu (18/11/2015). Sementara HP Analytics mengemukakan indeks MSCI Asia Pacific dibuka menguat pagi tadi, didorong oleh penguatan pada saham di bursa Jepang. Mata uang yen melemah terhadap dolar menjelang pertemuan bank sentral Jepang (BOJ). Para investor juga menanti hasil minutes dari the Fed yang akan dirilis hari ini. IHSG hari  diperkirakan bergerak di kisaran 4.4534.545, Rabu (18/11/2015). Rachman Haryanto/detikcom.
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Kasus investasi di saham gorengan dan reksa dana yang dilakukan oleh PT Asuransi Jiwasraya (Persero) kembali dibahas dalam rapat dengar pendapat (RDP) antara Komisi XI DPR RI dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) siang ini.

Anggota Komisi XI, Hasbi Anshory dari fraksi Partai Nasdem menyinggung aksi pembelian saham dengan harga tinggi, namun usai dibeli saham tersebut nilainya anjlok. Ia melayangkan pertanyaan pada BEI, modus apa yang sebenarnya dilakukan oleh penjual saham dan Jiwasraya.

"Kan transaksi tercatat di tempat bapak. Nilai-nilainya berapa sih. Saham ini seharga berapa, dibeli berapa? Modusnya seperti apa? Dan pembeli itu saya yakin tidak terlalu banyak orang, dan institusi yang membeli pasti perusahaannya itu-itu saja," kata Hasbi di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (10/2/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjawab pertanyaan Hasbi, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Kristian S. Manullang menduga ada praktik kolusi atau kesepakatan tersembunyi antara Jiwasraya dengan penjual saham ketika bertransaksi.

"Jadi memang ini yang sedang diselidiki Kejaksaan Agung. Kalau kita berandai-andai memang kalau saya lihat ini memang ada kolusi dari awal," ungkap Kristian.

ADVERTISEMENT

Ia mengatakan, Jiwasraya sebagai investor institusi sudah paham betul akan transaksi dalam investasi saham maupun reksa dana. Artinya, BEI menilai ketika Jiwasraya membeli saham gorengan, maka perusahaan pelat merah itu sudah tahu bahwa risikonya besar, bahkan berpotensi rugi.

"Jadi memang kalau kita katakan ini knowledgeable investor, Jiwasraya ini nggak perlu diajari lagi, nggak perlu disuapi lagi karena dia sudah tahu, dan sudah memiliki hubungan dengan pemegang sahamnya, perusahaan tersebut. Jadi apa perlu diajari lagi? Tidak perlu Pak," tegas Kristian.

Menurut Kristian, Jiwasraya bahkan tak memerlukan sosialisasi terkait investasi saham di pasar modal. Sehingga, investasi di saham gorengan ini diduga sudah direncanakan dengan baik.

"Informasi yang kami berikan nggak perlu dia (Jiwasraya) sebenarnya. Jadi saya pikir bagi knowlegde able investor itu hal yang sudah terencana dengan baik," ungkap dia.

Kemudian, Direktur Penilaian Perusahaan I Gede Nyoman Yetna mengungkapkan, ada praktik window dressing yang dilakukan Jiwasraya dalam mencatat nilai saham dan reksa dana yang dibelinya, yang dimasukkan ke laporan keuangan tahunan.

"Yang menariknya, grafiknya terhadap Jiwasraya kenaikan ada di akhir tahun dan menjelang akhir tahun, karena itu penting untuk laporan keuangan. Karena dia window dressing, naik (nilai sahamnya) di 31 Desember," kata Nyoman.




(fdl/fdl)

Hide Ads