Kafe-Toko Online Sudah Penggal Angka Nol, RI Siap Redenominasi?

Kafe-Toko Online Sudah Penggal Angka Nol, RI Siap Redenominasi?

Vadhia Lidyana - detikFinance
Kamis, 16 Jul 2020 22:30 WIB
Redenominasi Batal di 2020
Foto: Tim Infografis/Fuad Hasim
Jakarta -

Redenominasi atau pemenggalan 3 angka nol di mata uang rupiah tanpa disadari sudah mulai diterapkan di beberapa instrumen di dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Meski redenominasi belum berhasil diterapkan di mata uang rupiah terbitan Bank Indonesia (BI), namun pencantuman harga di sejumlah produk sudah menghilangkan 3 angka nol.

Misalnya saja harga produk di kafe Kopi Kenangan, Starbucks, dan gerai minuman Chatime. Begitu juga di sejumlah penjual online di sosial media Instagram yang sudah tak mencantumkan 3 angka nol di harga produknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat kondisi itu, apakah Indonesia sudah siap untuk redenominasi?

Menurut ekonom sekaligus Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah, Indonesia sudah siap menerapkan redenominasi pada mata uang rupiah yang diedarkan ke masyarakat.

ADVERTISEMENT

Ia menyadari, syarat kesuksesan redenominasi ialah diterapkan ketika perekonomian, baik itu inflasi atau pergerakan harga-harga, dalam kondisi yang stabil. Piter pun juga sadar betul saat ini perekonomian tengah menghadapi tekanan dari dampak virus Corona (COVID-19). Namun, menurutnya jika redenominasi sudah ditetapkan sebagai program yang difokuskan Pemerintah, maka penerapannya masih membutuhkan proses dengan waktu yang panjang.

"Siap kalau menurut saya. Jangan melihat wabahnya sekarang. Sekali lagi redenominasi, kalau pun disepakati sekarang bukan akan dilaksanakan sekarang, prosesnya itu panjang," kata Piter kepada detikcom, Kamis (16/7/2020).

Piter menilai, proses menuju penerapan redenominasi pun tak akan mengganggu perekonomian.

"Tidak, sama sekali tidak mengganggu. Karena tidak ada yang diganggu. Karena dalam proses pelaksanaan redenominasi itu masyarakat melakukan sesuatu semuanya sama. Tidak ada yang berubah," jelas Piter.

Ia pun tak ada saran khusus kepada Pemerintah dalam merencanakan penerapan redenominasi. Piter mengatakan, Pemerintah hanya perlu memulainya.

"Just do it. Karena nggak ada yang masalah itu. Dan masyarakat juga sudah melakukannya. Kalau ke barbershop, kafe, restoran, itu sudah kita laksanakan redenominasi," tegas Piter.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual berpendapat redenominasi sebaiknya dimasukkan dalam fokus Pemerintah jangka panjang.

"Untuk rencana jangka panjang nggak masalah, itu kan hanya persoalan technical. Tapi dari sisi nilai kan tetap. Penampakannya saja, nolnya saja dikurangi. Itu kan kenyamanan juga," ungkap David ketika dihubungi detikcom secara terpisah.

Menurut David, Pemerintah harus berhati-hati jika memulai penerapan redenominasi dalam waktu dekat, apalagi ketika pandemi Corona masih berlangsung. Pasalnya, ia meyakini redenominasi akan melibatkan perbankan yang saat ini sedang fokus melaksanakan restrukturisasi kredit untuk nasabah yang terdampak COVID-19.

"Kalau dalam kondisi sekarang lebih baik jangka panjang. Karena sekarang fokus perbankan lagi menangani persoalan sulit, restrukturisasi dan lain-lain," pungkas David.


Hide Ads