BI: Restrukturisasi yang Dilakukan Perbankan Sudah Rp 800 T

BI: Restrukturisasi yang Dilakukan Perbankan Sudah Rp 800 T

Vadhia Lidyana - detikFinance
Kamis, 23 Jul 2020 17:35 WIB
logo bank indonesia
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Asisten Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung membeberkan restrukturisasi kredit di perbankan baik untuk UMKM dan non-UMKM sudah mencapai Rp 800 triliun. Angka ini meningkat 4% dari realisasi restrukturisasi kredit per 13 Juli yakni Rp 769 triliun.

"Data-data restrukturisasi yang dilakukan perbankan sekarang ini sudah mencapai Rp 800 triliun," ungkap Juda dalam webinar Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI), Kamis (23/7/2020).

BI memperkirakan restrukturisasi kredit di tahun ini yang diajukan debitur yang terdampak virus Corona (COVID-19) bakal mencapai Rp 1.200 triliun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita sudah dialog dengan beberapa bank, kalau kita hitung diperkirakan sekitar Rp 1.200 triliun tahun ini. Jadi sudah 2/3 yang sudah direstrukturisasi tahun ini oleh perbankan," jelas Juda.

Menurutnya, meski restrukturisasi kredit diperkirakan terus meningkat, likuiditas perbankan masih dalam posisi yang sangat cukup.

ADVERTISEMENT

"Tapi sebenarnya likuiditas perbankan masih baik yaitu 26%. Nah ini karena Bank Indonesia telah melakukan pelonggaran dari sisi likuiditas, GWM (giro wajib minimum) turun, tambahan lagi GWM untuk perbankan yang menyalurkan ke sektor UMKM dan ekspor, kita tambah lagi penurunannya, belum lagi tambahan likuiditas dari dual intervention (pasar SBN) yang dilakukan BI," papar dia.

Menurut Juda saat ini terdapat surat berharga senilai Rp 1.000 triliun di perbankan. Likuiditas bank juga dinilai aman.

"SBN dan surat-surat berharga lainnya yang dimiliki sekarang ini sekitar Rp 1.000 triliun di dalam sistem perbankan. Jadi ketika perbankan saat ini melakukan restrukturisasi, likuiditas masih cukup baik karena memang sangat melimpah di perbankan," imbuh dia.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Belum lagi penempatan dana pemerintah Rp 30 triliun di Himpunan Bank-bank Negara (Himbara) atau bank BUMN, serta pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 8-9%.

"DPK tumbuhnya saat ini 8-9%, sementara kredit hanya tumbuh 1,4%. Itu juga akan menambah likuiditas perbankan karena outflow lebih kecil dibandingkan inflow. Dan ketiga, penempatan dana pemerintah Rp 30 triliun di Himbara juga sudah mulai efektif, sehingga ini menambah likuiditas," urai Juda.

Melihat kondisi tersebut, Juda mengatakan likuiditas perbankan masih sangat cukup mengatasi tekanan pada korporasi, UMKM, dan juga rumah tangga yang terdampak Corona.

"Jadi kita perlu bersyukur despite banyak tekanan pada korporasi yang perlu restrukturisasi, rumah tangga, maupun dari UMKM, itu kondisi likuiditas perbankan masih baik. Karena dalam kondisi seperti ini liquidity is the king. Likuiditas sangat penting," tutup Juda.



Simak Video "Video: Tok! DPR Pilih Ricky Perdana Gozali Jadi Deputi Gubernur BI"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads