4 Jurus OJK Bangkitkan Ekonomi dan Keuangan Syariah RI

4 Jurus OJK Bangkitkan Ekonomi dan Keuangan Syariah RI

Hendra Kusuma - detikFinance
Senin, 21 Sep 2020 10:15 WIB
Ilustrasi Gedung Djuanda I dan Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki empat jurus untuk membangkitkan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Tujuannya agar ekonomi dan industri keuangan syariah memiliki peran besar dalam pemulihan ekonomi nasional.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso mengatakan kondisi pandemi Corona menjadi momentum untuk mewujudkan ekonomi dan keuangan syariah nasional bangkit.

"OJK memiliki komitmen yang sangat tinggi untuk terus mengembangkan keuangan syariah yang berdaya saing tinggi dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat luas," kata Wimboh dalam acara Forum Riset Ekonomi Keuangan Syariah (FREKS) secara virtual, Senin (21/9/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Empat jurus yang akan dilakukan OJK, dikatakan Wimboh yang pertama adalah pembangunan sektor ini harus didukung oleh sinergitas dan integrasi ekonomi keuangan syariah dalam satu ekosistem yang lengkap.

"Untuk mengembangkan keuangan syariah diperlukan sinergi dan integritas antara sektor riil, keuangan komersial, dan keuangan sosial sehingga ketiga sektor tersebut dapat tumbuh bersama-sama dengan melibatkan secara aktif berbagai pemangku kepentingan yakni pelaku industri halal di antaranya ada makanan, fashion, kosmetik dan kesehatan, tourism, media, market place halal," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Di samping itu, kata Wimboh OJK juga akan melakukan pengembangan dan melibatkan adanya islamic social finance seperti zakat, infaq, shodaqoh, dan wakaf. Lalu melibatkan organisasi kemasyarakatan berbasis agama.

Jurus kedua, Wimboh menyebut penguatan kapasitas industri keuangan syariah. Dia menjelaskan industri keuangan syariah di Indonesia sudah banyak variasinya, namun belum memiliki lembaga yang besar dan bisa berkompetisi secara kuat.

"Kita harus membuat lembaga keuangan syariah yang sepadan," jelasnya.

Dia mengatakan, di industri perbankan Indonesia belum memiliki bank syariah yang besar sehingga perlu adanya sinergitas dengan lembaga keuangan.

"Kami menyambut baik rencana yang dilakukan oleh Kementerian BUMN untuk membentuk satu sinergitas bank syariah yang lebih besar lagi dan tentunya akan bisa menjadi bank syariah yang levelnya sama seperti bank buku 4," katanya.

Ketiga, lanjut Wimboh adalah membangun demand atau permintaan terhadap produk keuangan syariah. Menurut dia, sulit bagi otoritas membangun industri keuangan syariah tanpa menciptakan sisi permintaannya.

Pasalnya, tingkat literasi keuangan syariah masih 8,11% dan tingkat inklusi keuangan syariah masih 9,10%. Wimboh mengatakan, tingkat tersebut masih sangat rendah dibandingkan tingkat perbankan konvensional lainnya.

"Untuk itu program peningkatan literasi dan perluasan akses keuangan syariah harus terus dan semakin ditingkatkan dan diintensifkan," katanya.

Keempat, kata Wimboh adalah adaptasi digital dalam mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah. Dia menjelaskan, proses percepatan digitalisasi dalam ekosistem ekonomi dan keuangan syariah sangat perlu dilakukan apalagi di era new normal.

Wimboh mengaku, teknologi bisa dimanfaatkan untuk membuka akses keuangan syariah di daerah-daerah yang belum terjangkau. Proses digitalisasi ini diharapkan bisa sampai pada produk hilir yang berada di UMKM.

"Ini akan yang lebih leluasa kepada umat kita untuk berbagai produk jasa keuangan maupun produk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari melalui ecommerce," ujarnya.

"Ini harus kita lakukan segera agar ini mempercepat proses peran bank syariah atau keuangan syariah dan untuk memberikan akses kepada masyarakat di daerah-daerah," tambahnya.


Hide Ads