Dia mengatakan, di industri perbankan Indonesia belum memiliki bank syariah yang besar sehingga perlu adanya sinergitas dengan lembaga keuangan.
"Kami menyambut baik rencana yang dilakukan oleh Kementerian BUMN untuk membentuk satu sinergitas bank syariah yang lebih besar lagi dan tentunya akan bisa menjadi bank syariah yang levelnya sama seperti bank buku 4," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketiga, lanjut Wimboh adalah membangun demand atau permintaan terhadap produk keuangan syariah. Menurut dia, sulit bagi otoritas membangun industri keuangan syariah tanpa menciptakan sisi permintaannya.
Pasalnya, tingkat literasi keuangan syariah masih 8,11% dan tingkat inklusi keuangan syariah masih 9,10%. Wimboh mengatakan, tingkat tersebut masih sangat rendah dibandingkan tingkat perbankan konvensional lainnya.
"Untuk itu program peningkatan literasi dan perluasan akses keuangan syariah harus terus dan semakin ditingkatkan dan diintensifkan," katanya.
Keempat, kata Wimboh adalah adaptasi digital dalam mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah. Dia menjelaskan, proses percepatan digitalisasi dalam ekosistem ekonomi dan keuangan syariah sangat perlu dilakukan apalagi di era new normal.
Wimboh mengaku, teknologi bisa dimanfaatkan untuk membuka akses keuangan syariah di daerah-daerah yang belum terjangkau. Proses digitalisasi ini diharapkan bisa sampai pada produk hilir yang berada di UMKM.
"Ini akan yang lebih leluasa kepada umat kita untuk berbagai produk jasa keuangan maupun produk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari melalui ecommerce," ujarnya.
"Ini harus kita lakukan segera agar ini mempercepat proses peran bank syariah atau keuangan syariah dan untuk memberikan akses kepada masyarakat di daerah-daerah," tambahnya.
(hek/fdl)