Apalagi sekarang kondisi likuiditas bank juga relatif gemuk dengan tingkat simpanan deposan yang tinggi. Kemudian untuk risiko dunia usaha memang tergantung pada bank.
"Ini tergantung banknya saja, jangan paranoid untuk menyalurkan kredit ke sektor yang sebenarnya prospektif. Pilih-pilih calon debitur boleh, tapi jangan hold sama sekali," ujar dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengungkapkan suku bunga kredit di Indonesia memang lambat dalam mentransmisi kebijakan moneter.
Dia menyebutkan jika di negara lain seperti Filipina atau Amerika Serikat (AS) begitu bunga bank sentral turun, maka perbankan lebih cepat menyesuaikan. Hal ini karena KPR dinilai menyokong pertumbuhan ekonomi.
"Ini karena properti multiplier effectnya besar, karena butuh bahan bangunan, semen, kaca, buruh itu luas sekali," jelas dia.
Menurut Satria, sudah seharusnya ditargetkan oleh BI dan pemerintah agar bunga kebijakan bisa bertransmisi lebih cepat. "Saat ini yang dilakukan BI sudah sangat baik dengan menurunkan suku bunga acuan. Kalau dilihat lagi masih ada ruang 25 bps lagi pada Desember atau Januari untuk turun," jelas dia.
Dari catatan detikcom di sejumlah bank, suku bunga dasar kredit untuk KPR masih di atas 9%. Bahkan ada yang di atas 10%. Penetapan bunga ini memang bervariasi tergantung dari risiko profil calon nasabah.
(kil/fdl)