Pengakuan pengusaha jalan tol, Jusuf Hamka soal diperas bank syariah swasta ramai diperbincangkan. Kabar terakhir, Jusuf Hamka memohon maaf atas ucapannya yang menyebut bank syariah kejam.
Pemahaman masyarakat terhadap ekonomi dan keuangan syariah juga dirasa belum sepenuhnya sama. Sekretaris Jenderal Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Iggi Haruman Achsien pun membeberkan perbedaan antara bank syariah dan konvensional.
Iggi menerangkan perbedaan pertama bank syariah dan bank konvensional dengan analogi nikah dan zinah. Jadi kalau bank syariah ini dengan ada yang namanya akad mengikuti syariah islam, maka kalau zinah tidak ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Brutal fact-nya seperti itu, kalo konvensional itu zinah, syariah itu nikah, mohon maaf," kata Iggi dalam Blak-blakan detikcom, dikutip Rabu (28/7/2021).
Kedua, istilahnya yang berbeda di dalam bank syariah dan konvensional. Iggi mencontohkan istilah kredit di bank konvensional dan sedangkan bank syariah menggunakan istilah pembiayaan. Meski berbeda istilah, Dia menjelaskan hitung-hitungannya mirip.
Dia menggambarkan seperti restoran burger yang ada di Indonesia dan di luar negeri pasti berbeda. Meski sama-sama burger tetapi isi dari burger itu berbeda, ada sapi dan ada juga babi.
"Big Mac di Indonesia, Macau, London, Makkah pasti berbeda. Kalau di Indonesia Jakarta sama Makkah ada cap halalnya, di Macau dan yang lainnya nggak ada cap halalnya karena isinya beda, kalau di Macau bisa babi, kalau di kita kan nggak ada," jelasnya.
Apa perbedaan selanjutnya? Cek halaman berikutnya.
Ketiga, dia juga menggambarkan seperti reksa dana biasa dan reksa dana syariah. Perbedaannya itu dalam perusahaan-perusahaan yang terdaftar. Kalau reksa dana syariah tidak diperbolehkan menanam saham ke perusahaan dengan produk haram, seperti minuman keras.
Perbedaan keempat, bank syariah dan konvensional yakni, kalau di syariah ada 'Insyaallah' dalam proses transaksinya, sedangkan konvensional tidak ada.
"Maka kalau mau naruh deposito ada pertanyaan 'bakal dapet berapa?' Dijawab insyaallah 5%, kalau konvesnsional 'berapa bunganya?' Dijawab 5% sebelum terima 5% meninggal jadi nggak terima juga 5%," imbuh dia.
Iggi mengatakan bisnis syariah ini sesungguhnya bukan hanya tren di Indonesia tetapi juga di dunia. Dia mengungkap berdasarkan data dari State of the Global Islamic Economy pada 2019, konsumsi muslim global di sektor industri halal sudah mencapai US$ 2 triliun atau tumbuh 3,2%.
Kemudian, saat yang sama tadi keuangan syariahnya juga tumbuh mencapai US$ 2,8 triliun, naik 14% dari tahun sebelumnya.
"Ke depannya gara-gara COVID-19 tetap di diperkirakan tumbuh walaupun sekitar 2%," tutup Iggi.
(ara/ara)