Literasi Keuangan
Indikator lain, yang menunjukkan sistem keuangan stabil, tambahnya, terlihat dari percepatan pertumbuhan digitalisasi yang ikut mendorong kinerja sektor keuangan. Di pasar modal ada penambahan jumlah investor dan nilai investasi karena teknologi digital mempermudah transaksi dan meningkatkan literasi masyarakat terhadap produk keuangan. Jumlah investor ritel di pasar saham dan obligasi juga meningkat.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) relatif stabil dan hanya bergejolak di bulan pertama pandemi. Varian delta virus yang belakangan muncul juga tidak mernjadi sentimen negatif bagi pasar saham.
Kondisi ini mendorong investor tetap mempertahankan sahamnya, bahkan jumlah investor domestik meningkat. Selain itu, Indonesia tidak mengalami masalah likuiditas, perusahaan dan masyarakat juga tidak kekurangan likuiditas.
Umar Juoro meyakini begitu kasus pandemi turun, maka kegiatan ekonomi akan langsung tumbuh karena pada dasarnya tidak ada kerusakan alat produksi dan distribusi. Namun, yang terjadi adalah penghentian atau pengurangan aktivitas bisnis, sehingga pemulihan ekonomi sangat tergantung dengan seberapa cepat Indonesia dapat mengatasi pandemi.
Menurutnya, realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini yang mencapai 7,07 persen year on year sudah menunjukkan tanda pemulihan ekonomi, meskipun basis angka pembandingnya rendah.
Di sisi lain, dia mengatakan memang masih banyak pelaku usaha mikro yang terpukul dengan pandemi COVID-19, tetapi selama ini belum mengakses kredit perbankan karena masih mengandalkan modal sendiri, sehingga tidak berdampak langsung terhadap kinerja perbankan.
Kondisi ini terlihat dari total rasio kredit Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 35,47 persen. Angka ini masih di bawah rata-rata negara Asean, seperti Singapura sebesar 136 persen dari PDB dan Thailand sebesar 118 persen dari PDB.
(dna/dna)