Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI 7 days repo rate sebesar 50 basis poin menjadi 4,25%. Kebijakan ini diambil beberapa waktu setelah harga BBM naik.
Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal berpendapat, langkah ini merupakan respon BI terhadap potensi melonjaknya inflasi. Meskipun, kebijakan ini bisa berdampak negatif ke kalangan bawah.
"Yang punya cicilan rumah, cicilan motor jadi lebih mahal cicilannya karena bunganya lebih tinggi. Padahal dari sisi demand-nya sudah juga terkoreksi karena ada inflasi, harga barang mahal, biaya hidup suda mahal, mencicil di bank juga bakal lebih mahal," katanya kepada detikcom, Kamis (22/9/2022).
Naiknya suku bunga acuan akan direspon dengan naiknya suku bunga kredit. Biaya kredit ke perbankan jadi lebih mahal, membuat penyaluran kredit ke sektor riil terhambat.
Padahal menurut Faisal, kredit perbankan saat suda menyentuh double digit di atas 10%. Kalau suku bunga acuan naik ini bisa menurunkan kembali penyaluran kredit hingga menahan laju perputaran roda ekonomi. Alhasil masyarakat bawah juga lah yang akan terdampak.
"Nah ini yang perlu diwaspadai, karena dalam kondisi ini kan perlu ada insentif-insenti yang diberikan, terutama masyarakat terdampak yaitu kalangan bawah," katanya menambahkan.
Untuk itu Faisal meminta pemerintah mengoptimalkan program bantuan sosial yang ada. Sebab selama ini ketepatan dan kecepatan penyaluran bansos seperti BLT atau BSU dianggap kurang optimal.
Faisal pun menyarankan dibuatnya skala prioritas dalam penyaluran bantuan. Selain masyarakat kelas menengah-bawah, sektor bisnis yang rentan dan sulit pulih perlu menjadi perhatian. Misalnya sektor transportasi, hotel, restoran yang sebelumnya sudah terpukul akibat pandemi COVID-19.
Sementara itu, Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad menyebut kenaikan suku bunga akan memukul masyarakat kelas menengah ke bawah. Meskipun dampak kenaikan suku bunga acuan tidak akan langsung terasa.
"Terutama yang kena nih masyarakat kelas menengah, pelaku usaha dan sebagainya yang katakanlah baru mulai bangkit. Kelompok menengah akan terpukul, tapi dampaknya nggak langsung ke daya beli besar-besaran," ujarnya.
Menurutnya, jumlah orang yang mencicil motor, mobil atau rumah akan berkurang. Kelompok masyarakat itu akan mengalihkan fokus dan mengantisipasi dampak kenaikan harga BBM.
(dna/dna)