Sistem Keuangan Negeri AS Mulai Rapuh, Ini Buktinya!

Almadinah Putri Brilian - detikFinance
Rabu, 03 Mei 2023 15:01 WIB
Foto: Selcuk Acar/Anadolu Agency via Getty Images
Jakarta -

Sistem keuangan Amerika Serikat mulai terlihat rapuh. Hal ini ditandai dengan sejumlah perusahaan bank yang mengalami kebangkrutan hingga maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK).

Baru-baru ini, pemberi pinjaman First Republic Bank mengalami kebangkrutan karena simpanan di bank tersebut anjlok. Hal ini menambah panjang bank AS yang bangkrut setelah Sillicon Valley Bank. Dilansir CNN, menurut pengamat, First Republic dan Silicon Valley Bank dengan tipe sama, mereka mengandalkan nasabah kaya raya yang memiliki saldo kas besar baik individu maupun bisnis. Tetapi hal itulah yang menjadi malapetaka saat pasar bergejolak.

"Para deposan ini sangat rentan terhadap pemicu. Mereka canggih, mereka tahu bahwa mereka memiliki pilihan lain, dan mereka memiliki mekanisme untuk memindahkan uang dengan cepat," kata Patricia McCoy, seorang profesor hukum di Boston College, mengatakan kepada CNN bulan lalu dikutip Rabu (3/5/2023).

Kabangkrutan First Republic dibuktikan saat bank tengah melaporkan kinerja keuangan pada kuartal I 2023. Mereka mengungkap bank telah kehilangan 40% simpanan atau sekitar US$ 100 miliar. Jatuhnya First Republic Bank ini merupakan kegagalan bank kedua terbesar dalam sejarah AS dan yang ketiga sejak Maret,

Bahkan, setelah JPMorgan Chase mengambil alih First Republic Bank, justru saham bank-bank di Amerika Serikat turun tajam. Sebab, para investor khawatir krisis perbankan yang mencengkram pasar keuangan belum selesai.

Dilansir BBC, Rabu (3/5) para pemegang saham kehilangan seluruh sahamnya dan kini sedang mencari bank-bank dengan risiko rendah.

PacWest Bancorp, sahamnya merosot hingga 28%. Lalu, saham di Western Alliance juga turun hingga 15%.

Pergolakan terjadi sejalan dengan sektor bank yang menyesuaikan tingginya kenaikan suku bunga. Bank sentral AS telah menaikkan batas suku bunga acuan dari mendekati nol pada Maret lalu menjadi 4,75%. Adapun, diperkirakan bank sentral AS akan mengumumkan kenaikan suku bunga 0,25% pada minggu ini.

Langkah tersebut dapat berdampak ke ekonomi AS, terutama sektor perbankan karena bisnis dan rumah tangga akan mengalami kesulitan untuk membayar utang.

Para analis juga khawatir risiko yang mengintai bank di sektor properti komersial yang telah terpukul oleh penurunan permintaan ruang kantor karena banyaknya yang menerapkan kerja jarak jauh.

Adanya kenaikan suku bunga telah membuat beberapa bank berada dalam posisi sulit. Terlebih dengan tingginya suku bunga merugikan nilai pasar dari beberapa utang yang diterbitkan ketika biaya pinjaman lebih rendah.

Sebelumnya bank Silicon Valley juga bangkrut




(zlf/zlf)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork