Komisi VI DPR RI menyoroti rencana restrukturisasi utang PT Kimia Farma Tbk. Anggota Komisi VI DPR RI Harris Turino, mengaku mendengar informasi itu.
Ia menyebut jumlah kredit Kimia Farma yang bakal direstrukturisasi Rp 8,7 triliun. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI disebut menjadi salah satu pemberi kredit kepada Kimia Farma.
"Kaitannya dengan restrukturisasi dengan BUMN lain, saya mendengar akan ada restrukturisasi utang Kimia Farma yang besarnya Rp 8,7 triliun dan kemungkinan yang paling banyak (memberikan kredit) adalah (BNI), krediturnya adalah bapak, ya, pak? BNI ya?" kata Harris dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Kompleks DPR RI, Jakarta Pusat, Senin (8/7/2024).
Harris mewanti-wanti Direktur Utama BNI Royke Tumilaar soal kabar tersebut. Menurutnya, jangan sampai restrukturisasi utang Kimia Farma menjadi pengalihan kerugian dari satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke perusahaan pelat merah lain.
"Nah, sikapnya BNI seperti apa? Apakah ini pengalihan kerugian dari satu BUMN ke BUMN lain?" bebernya.
Ditemui usai rapat, Royke tidak menampik pernyataan yang dilontarkan Harris. Meskipun demikian, Royke membantah jika disebut pihaknya menjadi pemberi kredit terbesar ke Kimia Farma, menurutnya ada BUMN lain yang juga terlibat. Ada sekitar 19 pemberi kredit ke ke Kimia Farma.
"Ya, nggak semua BNI. Semua BUMN ada lah. Sama lah, kita sudah antisipasi Kimia Farma. Kita harus restrukturisasi, kita lihat, Kimia Farma bisnisnya kan juga masih ada yang jalan, bagus kan. Jadi restrukturisasi pasti akan jalan dengan Kimia Farma," sambungnya.
Kimia Farma rugi di halaman berikutnya.
(ara/ara)