Outlook Ekonomi DPR

DPR Minta Pemerintahan Prabowo Antisipasi Kebijakan Moneter Trump

Andi Hidayat - detikFinance
Rabu, 05 Feb 2025 15:37 WIB
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Adies Kadir/Foto: Detikcom
Jakarta -

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Adies Kadir, meminta pemerintah menelurkan solusi yang akomodatif terkait suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) yang menjadi acuan suku bunga perbankan.

Hal itu ia nilai perlu lantaran Indonesia akan menghadapi tantangan besar menyusul kebijakan-kebijakan moneter Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Menurutnya, ketidakpastian kebijakan moneter AS berpotensi mempengaruhi BI Rate.

Adapun saat ini, BI Rate berada di level 5,75% yang dipangkas pada awal tahun 2025. Sementara sepanjang tahun 2024, Adies mengatakan suku bunga acuan BI bertengger di level 6%.

"Selama tahun 2024, suku bunga BI atau BI Rate yang menjadi acuan suku bunga perbankan berada di kisaran 6% hingga 6,25%. Dan awal tahun 2025 turun menjadi 5,75%," kata Adies dalam acara Outlook Ekonomi DPR dipersembahkan oleh Komisi XI DPR RI bersama detikcom dan didukung oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Pertamina (Persero), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Jakarta, Rabu (5/2/2024).

Jika mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, kata Adies, pertumbuhan ekonomi diharapkan lebih inklusif dan pro terhadap pertumbuhan atau pro-growth. Akan tetapi, ia mempertanyakan stabilitas suku bunga ke depan di tengah tantangan ketidakpastian moneter AS.

"Pertanyaannya apakah sampai dengan 2025 tingkat suku bunga dapat lebih rendah lagi dari 5,75%? Atau kah BI Rate tetap di kisaran 5,75%?," ujarnya.

Adies mengatakan, APBN 2025 dirancang untuk menjawab hal tersebut. Sedikitnya, ia mengatakan ada tiga hal utama yang mampu dijawab melalui APBN 2025.

Pertama, menjawab dinamika tantangan pasar. Kedua, mendukung akselerasi pertumbuhan atau pro-growth yang inklusif. Ketiga, mendukung pelaksanaan strategi kebijakan fiskal untuk mencapai visi Indonesia Emas tahun 2045.

"Dengan skenario-skenario tersebut diharapkan otoritas moneter, fiskal, dan otoritas yang berada dalam KSSK, Komite Stabilitas Sistem Keuangan Lainnya, sekali lagi perlu koordinasi yang baik untuk menemukan kebijakan tingkat suku bunga atau kebijakan non-suku bunga lainnya yang kondusif dan akomodatif bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan berkelanjutan APBN 2025," terangnya.

Ia juga mengungkap tantangan yang sebelumnya diprediksi menyusul dilantiknya Trump sebagai Presiden AS, yakni the Fed yang memperlambat pemangkasan suku bunga berdampak langsung pada nilai tukar rupiah.

Dalam kondisi tersebut, AS dipercaya hendak memperkuat mata uang dolar di dunia yang membebani mata uang berbagai negara lainnya. Hal itu pun terwujud melalui Federal Open Market Committee (FOMC), di mana the Fed menahan suku bunganya.

"Kenyataan pertama, tanggal 30 Januari lalu Bank Sentral Amerika Serikat tetap menahan tingkat suku bunga Bank Sentral di kisaran 4,25% sampai 4,5% dengan pertimbangan antara lain, inflasi yang kembali merambat menjadi 2,9% pada Desember 2024 yang lalu," tutupnya.




(rrd/rrd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork