Kebijakan pembayaran nontunai yang diterapkan Roti O menarik perhatian publik setelah viralnya video penolakan pembayaran tunai. Roti O bukanlah satu-satunya yang menerapkan transaksi nontunai secara penuh, banyak gerai makanan dan minuman lain yang menerapkan hal serupa.
Berdasarkan penelusuran detikcom di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan, beberapa gerai makanan dan minuman terang-terangan hanya menerima transaksi nontunai. Pembayaran dengan uang tunai, meskipun jumlahnya pas, tetap tidak diterima.
Di tengah polemik tersebut, muncul beragam pandangan di masyarakat terkait penerapan transaksi nontunai secara penuh, termasuk penggunaan QRIS. Sebagian menilai sistem pembayaran digital lebih praktis dan efisien, sementara lainnya berpandangan opsi pembayaran tunai tetap perlu disediakan agar seluruh konsumen dapat terlayani.
Rudi, berpendapat bahwa pengusaha harus lebih fleksibel terhadap konsumen. Rudi berpandangan sistem pembayaran digital digunakan untuk alasan keamanan, tapi pengusaha tetap diminta memberi kemudahan kepada konsumen.
"Harusnya fleksibel lah, dia pake cash boleh, QRIS juga boleh. QRIS kan menurut saya itu kan mengurangi ada uang yang hilang dan lain-lain," ujarnya kepada detikcom di Jakarta, Senin (22/12/2025).
Rudi mengakui bahwa QRIS menjadi sistem pembayaran canggih yang diakui dunia. Namun, ia mengingatkan tidak semua kalangan familiar dengan sistem pembayaran tersebut.
"QRIS bagus orang dunia aja mengakui, cuman fleksibel lah. Oh, cash nggak bisa, itu nggak bisa. Jangan lagi seperti itu. Kemarin kan ibu-ibu (kasus Roti O) kan nggak mungkin dia pake QRIS, nggak bisa dia," kata pria berusia 61 tahun itu.
Senada, Bunga, menyebut penerapan transaksi digital secara penuh belum sepenuhnya tepat. Meski memberi kemudahan, transaksi digital tidak sepenuhnya bisa diakses oleh semua kalangan.
"Kalo menurut saya penerapan QRIS full di semua outlet belum sepenuhnya tepat. Emang sih QRIS bikin mudah dan efisien, tapi kan masih ada kesenjangan akses literasi digital di masyarakat. Apalagi nggak semua konsumen punya koneksi internet yang stabil, perangkat memadai, atau ngerti transaksi digital," sebut wanita berusia 25 tahun itu.
Ia juga menyebut uang tunai masih menjadi alat pembayaran yang sah di Indonesia. Oleh karena itu, pengusaha sebaiknya tetap menyediakan sistem transaksi tunai untuk melayani semua konsumen.
Sementara itu, Radot menilai sistem pembayaran QRIS memberi kenyamanan karena lebih simpel. Pasalnya, konsumen tidak perlu membawa uang tunai saat berbelanja.
Pria berusia 41 tahun itu meminta pengusaha tetap menyesuaikan sistem mereka dengan kemampuan konsumen. Artinya, pembayaran menggunakan uang tunai perlu tetap disediakan, sebab bisa menjadi alternatif saat ada gangguan saat melakukan transaksi non tunai.
"Mau nggak mau harus menyesuaikan, karena kan nggak bisa dipaksakan juga, yang HP nya nggak memadai QRIS biar bisa. Jadi, sebaiknya ada pembayaran cash. Apalagi kalau sinyal kurang, kemungkinan agak lambat prosesnya, terus kadang-kadang bisa gagal juga kan," tutupnya.
Saksikan juga Eksklusif Update: Misbakhun Bicara Peran Strategis Komisi XI dalam Perekonomian RI
(ily/ara)