Sanjiv Chopra, seorang Profesor medis dari Harvard Medical School di Amerika Serikat yang telah menulis sejumlah buku tentang kebahagiaan, berkata bahwa sesungguhnya ada beberapa hal secara ilmiah yang memiliki keterkaitan kuat dengan indeks kebahagiaan seseorang, salah satu yang paling berpengaruh adalah kebiasaan berbagi. Keterlibatan seseorang pada kegiatan amal dengan mendonasikan uangnya untuk membantu orang lain adalah salah satu cara yang paling memuaskan untuk menghabiskan waktu dan uang seseorang.
Para peneliti menyimpulkan bahwa orang yang secara sukarela berbagi dengan orang lain yang membutuhkan akan mengalami kebahagiaan yang lebih banyak, harga diri yang lebih tinggi dan tingkat kematian yang lebih rendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Yakin Uang Tak Bisa Beli Kebahagiaan? (2) |
Sehingga bila saya sesuaikan dengan judul artikel ini, maka kebiasaan berbagi menjadikan uang tetap akan selalu dapat berdamai dengan kebahagiaan seseorang.
Saya menganalogikan bahwa naiknya kepemilikan harta seseorang itu seperti bertambahnya jumlah ketersediaan air yang ditampung dalam bendungan. Semakin berlimpah jumlah air, maka akan semakin baik untuk pemenuhan kebutuhan.
Namun ketika air yang tersedia telah mencapai titik ketinggian tertentu, maka petugas pintu air harus segera membuka sejumlah pintu pembuangan. Sebab jika tidak segera dibuka, bangunan bendungan air akan berpotensi runtuh oleh volume air yang terus bertambah hingga melampaui titik maksimal daya dukung bangunan dalam menahan semakin derasnya dorongan air.
Oleh karena itu, jawaban tentang penyebab mengapa uang tidak selalu dapat berdamai dengan kebahagiaan sesungguhnya sederhana saja. Yaitu diawali dari bagaimana tujuan awal kita mencari harta. Bila tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, maka seseorang hanya akan berambisi untuk memenuhi kebutuhan dirinya atau segelintir orang saja.
Sehingga berikutnya akan muncul penyakit hati yang bernama keserakahan, dan sifat serakah inilah yang akan menjerumuskan seseorang ke dalam jurang kehancuran kehidupan dan hanya akan membawakan kebahagiaan semu yang menipu. Maka menjadi penting untuk dicatat bahwa sifat serakah itu punya kontribusi besar membuat seseorang senang berbelanja (gila belanja) pada hal-hal yang sebetulnya tidak perlu.
Lalu bagaimana cara memulai membiasakan berbagi? Mulailah membiasakan mengunjungi orang - orang terdekat yang dianggap membutuhkan. Cara menyalurkan harta yang dikelola saat ini dapat melalui beberapa jalur, antara lain zakat, infak, sedekah maupun wakaf.
Baca juga: Yakin Uang Tak Bisa Beli Kebahagiaan? (1) |
Jangan lupa untuk mulai menyegerakan, karena kebiasaan berbagi inilah yang akan mengikis sifat serakah dan pada akhirnya menjadikan kita lebih dekat kepada kesederhanaan. Sikap sederhana ini yang kelak akan menjaga kita untuk tidak tergoda membelanjakan uang secara berlebihan meski jumlah harta semakin melimpah.
Pada akhirnya, studi tentang korelasi antara kenaikan penghasilan seseorang terhadap indeks kebahagiaan ini mengukuhkan kembali tentang suatu prinsip bahwa: Kekayaan itu sejatinya bukanlah karena banyaknya harta, sebab kekayaan itu tentang hati yang senantiasa merasa cukup (bersyukur atas segala ketetapan).
Untuk mengetahui tentang fundamental pengelolaan harta dengan baik & benar, silahkan membeli dan mempelajari buku buku tentang pengelolaan harta dan manajemen arus kas keluarga di Toko atau dapat hadir dalam kelas-kelas keuangan yang Kami selenggarakan.
(dna/dna)