"Dulu belum banyak persaingan bisa dapat 10-15 orang, sekarang ya cuma 5-6 orang, susah sekarang ngejar 10 orang sehari," papar Igun.
Penurunan jumlah penumpang yang diangkut pun mengakibatkan pendapatan pengemudi terjun bebas. Dahulu dengan asumsi membawa 10 orang lebih penumpang sehari pengemudi bisa mengantongi uang sampai Rp 250.000. Namun, sekarang dengan menurunnya jumlah order pendapatan terjun ke kisaran Rp 100.000-150.000 sehari.
"Nah order ini akhirnya ke pendapatan harian dong, dulu ya bisa sampai Rp 250.000 per hari, drop sekarang cuma Rp 100.000-150.000. Tarif naik, pendapatan menurun, kami akui tarif naik tinggal kebanyakan pengemudi aja," jelas Igun.
Saat ditanya mengenai berapa batas maksimal jumlah pengemudi di kota Jakarta, Igun mengatakan tidak memiliki datanya. Semua data penumpang maupun pengemudi dimiliki oleh aplikator.
"Data ada di aplikator, data aplikasi pengguna dan pengemudi ada semua," kata Igun.
Igun kembali menegaskan bahwa pihaknya hanya ingin jumlah pengemudi dan penumpang bisa seimbang. Untuk itu dia meminta kuota pengemudi dibatasi.
"Harusnya seimbang lah, seimbang jumlah pengemudi dan penumpang, kami tidak punya datanya. Berapa jumlahnya ya orang aplikasi," ucap Igun.
(ara/ara)