Menikah di Masa Pandemi COVID-19, Untung atau Buntung?

Menikah di Masa Pandemi COVID-19, Untung atau Buntung?

Aidil Akbar Madjid - detikFinance
Senin, 06 Sep 2021 07:30 WIB
Ilustrasi cincin pernikahan
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Banyak pasangan yang menikah di masa pandemi COVID-19. Apa untung rugi menikah di masa pandemi?

Sebagai seorang perencana keuangan yang ngomongin duit, sejujurnya kalau bicara masalah biaya, sepertinya menikah di saat pandemi ini harusnya lebih hemat. Apalagi kalau menikahnya cukup di Kantor Urusan Agama (KUA) bagi yang muslim.

Kenapa menikah di saat pandemi bisa lebih hemat? Ya karena mengingat jumlah undangannya pasti terbatas alias tidak bisa banyak. Mengapa demikian? Karena salah satu biaya terbesar dari sebuah pernikahan adalah biaya resepsi, dan biaya terbesar dalam resepsi adalah di makanan, dekorasi, pakaian pengantin, dokumentasi, dan pengisi acara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jadi semakin banyaknya undangan dalam sebuah acara pernikahan, maka biaya makanan akan membengkak. Beberapa Wedding Organizer (WO) mengungkapkan bahwa biaya makanan di sebuah resepsi pernikahan bisa menghabiskan 50-70% dari total bujet.

Jumlah undangan resepsi pernikahan saat PPKM bisa dibatasi, sehingga biaya makan menjadi sangat berkurang. Demikian juga dengan biaya pelaminan dan dekorasi yang lebih sederhana, serta pengisi acara di resepsi tersebut.

ADVERTISEMENT

Biaya yang justru kemungkinan meningkat adalah untuk dokumentasi, mengingat agar bisa menjangkau anggota keluarga lainnya dan teman, sahabat, dan kolega yang tidak bisa hadir karena keterbatasan undangan dibutuhkan tim untuk membantu menyiarkan acara pernikahan ataupun resepsi pernikahan tersebut baik melalui melalui media online ataupun dokumentasi baik foto maupun video.

Hasil diskusi dengan beberapa WO, ternyata hal yang paling sulit untuk bisa menekan biaya pernikahan adalah karena masalah ego, baik ego si mempelai maupun ego keluarga (orang tua mempelai dan keluarga besar).

Kalau di awal-awal tahun 2000an, resepsi pernikahan itu adalah sebuah hajatan besar. Undangan dari resepsi bisa sangat banyak, mencapai ratusan orang atau bahkan ribuan undangan. Dan bisa dipastikan bahwa sebagian besar dari undangan tersebut adalah teman dan kolega dari orang tua mempelai.

Sementara undangan mempelai mungkin hanya 10-20% dari total undangan yang hadir, sehingga terkesan seakan-akan yang menikah adalah orang tuanya, bukan si mempelai.

Lihat juga video 'Cara Unik Syukuran Nikah Pasangan Pengantin Kulon Progo':

[Gambas:Video 20detik]



Berlanjut ke halaman berikutnya.

Sementara itu, sebenarnya saat ini sudah banyak generasi milenial yang menginginkan resepsi pernikahan dilakukan secara sederhana dengan undangan yang sangat terbatas (tidak banyak).

Bahkan di zaman sekarang sudah mulai banyak generasi milenial yang menginginkan pernikahan dengan undangan keluarga inti dan sahabat terdekat saja atau dikenal dengan istilah intimate. Namun pernikahan yang intimate sekalipun bila tidak direncanakan dengan matang, baik dan benar, bisa saja tetap menjadi boros.

Itulah penting untuk kita melakukan perencanaan dan menghitung bujetingnya. Kalau mau belajar untuk bisa melakukan perencanaan pernikahan ataupun perencanaan lainnya bisa dihitung sendiri atau coba ikutan workshop Mengelola Keuangan di sini, sementara untuk workshop kaya dengan reksa dana bisa ikutan di sini.

Yang mau level intermediate juga boleh dan terbuka untuk semua orang yang sudah punya sertifikasi perencana keuangan lainnya seperti CFP atau CWM, info bisa dibuka di sini.

Anda juga bisa melakukannya dengan belajar perencana keuangan bersertifikasi secara online secara mandiri (self study), mudah, terjangkau dan bisa belajar sesuai waktu kita. Untuk info-info kelas secara online (self study) baik yang gratisan ataupun biaya terjangkau sekali, bisa dilihat di sini.

Lalu bagaimana nih supaya pernikahan bisa hemat? Kita tunggu pembahasannya di artikel berikutnya.


Hide Ads