Sejak pandemi virus Corona perekonomian di dunia sangat terdampak terutama di Indonesia. Kini perekonomian dan pasar finansial dapat dilakukan meskipun terbatas.
Selama masa pandemi, instrumen investasi dengan risiko dan volatilitas rendah seperti pasar uang menjadi pilihan investor. Namun untuk investor dengan profil agresif yang lebih berani menghadapi volatilitas, apakah sudah saatnya melirik instrumen saham, termasuk reksa dana saham?
Menurut Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), bagi investor berprofil agresif dengan horison investasi jangka panjang, saat ini bisa jadi saat yang tepat untuk secara bertahap berinvestasi kembali di reksa dana saham.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut didorong berbagai alasan. Saat ini memasuki tahun 2020, pergerakan pasar finansial Indonesia mulai menggeliat. Bersamaan dengan pelonggaran PSBB dan upaya penurunan kasus virus Corona mendorong harapan bangkitnya ekonomi secara bertahap.
Sejak akhir tahun 2019 sampai dengan akhir Juni 2020, indeks harga saham gabungan (IHSG) merosot dari level 6.299 ke level 4.905, atau pelemahan sebesar 22,1%. Level terendahnya pada tanggal 24 Maret, IHSG bahkan sempat di level 3937 atau melemah 37,5% hanya dalam tiga bulan sejak akhir 2019.
Namun, dengan dukungan stimulus fiskal dan moneter dari pemerintah dan Bank Indonesia (BI) juga semakin mengangkat harapan. Langkah BI yang memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin ke level 4,25% menjadi kabar positif bagi pasar finansial. Penurunan suku bunga diharapkan menjadi kabar baik bagi roda ekonomi, menjaga stabilitas dan mendorong pemulihan ekonomi di era COVID-19.
Bagaimana jika IHSG membaik, apakah ini saat yang tepat untuk investasi saham? Ke depannya, IHSG tentu masih akan berubah-ubah, karena masih banyak faktor ketidakpastian mengenai pandemi COVID-19. Namun yang perlu diingat, IHSG adalah salah satu indikator yang bergerak berdasarkan ekspektasi atau harapan di masa depan.
Dengan harapan bangkitnya perekonomian secara bertahap, dukungan stimulus dan cukup banyaknya kawasan di dunia yang sudah berhasil menekan penyebaran wabah virus Corona IHSG pun dapat meningkat.
Namun, tentu saja masih ada risiko peningkatan kasus positif COVID-19 semakin tinggi dari hari ke hari, yang berpotensi menyebabkan diberlakukannya kembali kebijakan pembatasan skala besar yang menekan ekonomi.
Harus diingat, profil risiko investor tetap harus dikedepankan. Investasi di saham, termasuk di reksa dana saham adalah investasi jangka panjang. Jangan karena kondisi sesaat yang menyebabkan investasi terkoreksi, langsung memutuskan untuk menarik investasinya.
Ada baiknya memikirkan kembali tujuan investasinya dan jangka waktu. Kita bisa kembali melihat pergerakan IHSG sepanjang tahun berjalan sebagai referensi, bagaimana keputusan untuk tetap bertahan atau mencairkan investasi dapat membuat perbedaan kinerja yang sangat signifikan.
Namun untuk investor dengan profil konservatif moderat, bukan berarti tidak ada peluang. Reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap dapat menjadi pilihan. Di tengah era suku bunga rendah, reksa dana pasar uang dan pendapatan tepat atau obligasi Indonesia masih menawarkan imbal hasil yang tetap atraktif.
(eds/eds)