Beberapa waktu lalu banyak perusahaan mulai melantai di bursa efek Indonesia (BEI) atau melakukan initial public offering (IPO). Ada perusahaan yang sahamnya langsung melesat pada hari pertama dan tak jarang yang ambles di hari perdananya.
Selain itu euforia IPO ini juga banyak dirasakan oleh investor-investor yang cuma ikut-ikutan karena ramainya informasi terkait saham tersebut. Sebelum memborong saham-saham IPO ini sebenarnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Hal ini untuk meminimalisir risiko yang ditemui dalam beberapa waktu ke depan dan bisa juga untuk melatih analisis pergerakan harga saham dan prospek di pasaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Founder LBP Institute, Lucky Bayu Purnomo menjelaskan untuk membeli saham IPO ini sebaiknya dibagi per pos modal. Misalnya sebanyak 30% dari modal yang disiapkan untuk membeli saham IPO ini ditempatkan pada hari pertama.
"Jadi jangan 100% beli hari pertama, 30% saja cukup. Lalu satu minggu kemudian baru beli 20% lagi dari modal," kata dia kepada detikcom, Senin (4/4/2022).
Lucky menyebutkan, untuk gelombang ketiga bisa dibeli dalam jangka waktu 3 bulan kemudian dengan alokasi 50% dari modal yang ingin dibelikan saham. Hal ini karena satu bulan pertama dan bulan kedua bisa digunakan oleh investor untuk mencermati bagaimana apresiasi pasar pada saham tersebut.
Bisa dengan melihat volume dan nilai transaksinya. Selanjutnya, investor juga harus melihat manajemen keuangan perusahaan. "Jangan lupa juga memperhatikan prospek atau program-program perusahaan selama satu tahun ke depan. Kalau dalam satu tahun capaiannya hampir mendekati prospektus itu mencerminkan perusahaan cukup baik. Kalau tidak capai target ya lebih baik analisa lagi, timbang lagi dan segera tempuh langkah berikutnya," jelas dia.
Dia menambahkan, memang ketika ada IPO sebuah perusahaan ada yang naik dan turun dengan cepat. Lucky menampik jika hal itu adalah permainan bandar. Dia menyebutkan jika hal itu adalah respon pasar, jika harga tinggi maka prospek baik. "Masalah kerja bandar atau tidak itu lain cerita ya. Yang jelas ketika harga satu perusahaan naik maka dia dapat apresiasi dari pasar, ada respon karena perusahaannya menarik," jelas dia.
Selain itu ketika membeli saham IPO ini, investor juga harus memperhatikan sektor yang sedang berkembang atau sedang baik saat ini. Dia mencontohkan, ada sebuah perusahaan properti yang mau IPO, tapi masih ada bayang-bayang gagal bayar akibat COVID-19, padahal banyak properti yang masuk IPO.
"Sebenarnya perusahaannya bagus, tapi sektornya sedang tidak menarik. Ini juga bisa mempengaruhi harga di pasaran. Yang penting jangan lupa membeli saham emiten yang sesuai dengan kondisi pasarnya. Jangan asal-asalan," jelasnya.
Beli Saham IPO Jangan FOMO
Lucky menjelaskan, jika membeli saham IPO ini jangan latah atau ikut-ikutan. Dia menyebutkan kebanyakan orang menganggap momentum IPO ini adalah yang sebenarnya, padahal konsep IPO juga harus dilihat apa yang terjadi setelah go public.
Karena itu investor juga harus melihat kinerja perusahaan dengan seksama. Melihat kondisi fundamental sampai menilai relevansi aksi korporasi tersebut. "Jadi jangan pernah gunakan IPO itu untuk cari untung, karena pada IPO harga itu belum terbentuk. Bisa terbentuk setelah tiga bulan, itu sudah terlihat tren harganya," jelas dia.
Lucky menganalogikan saat IPO, perusahaan seperti baru memajang produk jualan di meja dan etalase showroom. Transaksi baru dilakukan hari itu dan hanya sementara. Jadi sebaiknya IPO ini dijadikan tujuan jangka panjang dengan komposisi modal 30, 20 dan 50.
Head of Market Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana mengungkapkan untuk para investor jangka panjang sebetulnya tidak perlu FOMO ketika membeli saham IPO.
"Investasi saham adalah proses berkesinambungan dan tidak pernah ada kata terlambat," kata dia. Dia mengungkapkan investor bisa wait and see dulu melihat laporan keuangan Desember 2021 dan Maret 2022 yang segera keluar untuk melihat fundamental perusahaan apakah menuju arah yang lebih baik pasca IPO.
Dia menjelaskan memang tidak ada benar salah dalam investasi bila sudah sesuai dengan risk profile dan tujuan investor. "Dengan melihat prospeknya maka saran saya utamakan memiliki exit strategy seperti cutloss yang disiplin misalnya rugi 15% dan target untuk profit taking," jelas dia.
Baca di halaman berikutnya untuk melihat daftar perusahaan yang mau tengah melakukan IPO.
Simak Video "Video: BEI Kaji Rencana Pemangkasan Jumlah Satuan Lot Saham"
[Gambas:Video 20detik]