"Pak Presiden Jokowi pada April 2017 lalu sudah memerintahkan ke Bappenas untuk melakukan studi awal secara komprehensif. Studi awal itulah yang dipaparkan saat sidang kabinet pekan lalu. Isinya intinya pemindahan ibu kota sangat dimungkinkan dari berbagai aspek dan tinjauan," kata eks Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri Sumarsono dalam diskusi di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Kamis (9/5).
Dosen IPDN tersebut mengatakan Jakarta sebagai ibu kota sulit untuk diharapkan sebagai kota masa depan yang berkelanjutan. Berbagai beban yang kini ditanggung Jakarta membuat kota terpadat di Indonesia ini sulit untuk diharapkan menjadi ibu kota yang ideal.
"Jakarta itu 50% wilayahnya rentan banjir. Kedua, dari sisi kemacetan disebut kota yang lalu lintasnya keempat terburuk. Kondisinya sudah sumpek, dengan 10 juta penduduk pada malam hari, dan 12 juta siang hari. Kondisi seperti ini yang menjadi dasar pertimbangan kenapa tidak pindah saja," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sisi historis, pemindahan ibu kota juga sudah dikaji sejak presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno pada tahun 1957 silam. Namun wacana tersebut tertunda lantaran saat itu pemerintah tengah disibukkan dengan pembangunan nasional dalam rangka menyambut gelaran Asian Games 1962.
"Jadi pemindahan ibu kota bukan suatu yang luar biasa sesungguhnya, tapi sebagai sebuah kebutuhan hidup untuk mencapai yang ideal," kata Sumarsono.