Succes Strategys, Property Developer dan Breakthrough Motivator Ken Handersen menjelaskan selama ini kebanyakan generasi milenial kurang bisa mengatur keuangan.
"Padahal cicilan bulanan itu maksimum 35% dari gaji. Nah kebanyakan milenial tidak bisa mengatur itu. Jadi pas dia ke bank untuk ajukan KPR kaget cicilannya besar," kata dia dalam acara Indonesia Mortgage Forum, di Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis (17/10/2019).
Baca juga: Generasi Milenial Ngeluh Uang Muka KPR Mahal |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena itu, bank juga harus mengarahkan generasi milenial agar bisa berinvestasi dan mengatur keuangan dengan benar. Salah satunya dengan cara digital.
Karena saat ini generasi milenial mengakses media digital untuk mengetahui berita terkini, kemudahan akses, multitasking, dan kecepatan menjadi alasan utama memilih media digital.
"Ketiga melakukan push and pull marketing, yakni lewat literasi keuangan, memberikan pemahaman untungnya sewa dengan beli properti dan bagaimana cara mengalokasi dana untuk DP," jelas dia.
Sebelumnya berdasarkan survei yang digelar Housing finance center (HFC) terhadap 270 responden berusia 21-35 tahun yang dipilih dari wilayah padat penduduk seperti Jabodetabek, Jawa Timur (Surabaya-Sidoarjo) dan Batam, generasi milenial ingin memiliki rumah tapak dengan harga terjangkau. Selain itu, mereka ingin tenor Kredit Pemilikan Rumah (KPR) selama 10-15 tahun serta cicilan yang sesuai dengan kemampuan.
(kil/dna)