Jakarta -
Pandemi COVID-19 memukul sektor perkantoran dan perhotelan. Hal itu tergambar karena banyaknya hotel hingga kantor di Jakarta yang dijual murah.
Dari penelusuran detikcom, Kamis (21/10/2021) dari sejumlah situs jual beli, ada ratusan hotel yang dijual di Jakarta. Harganya beragam karena pengelola butuh uang. Yang termurah ada hotel dijual di angka Rp 6 miliar. Hotel itu dijual di website 99.co letaknya di kawasan Blok M.
"Hotel sangat butuh uang dan istimewa, 25 kamar tidur, 25 kamar mandi, luas tanah 750 m2, dan luar bangunan 950 m2. Tahun bangun 2012," tulis deskripsi penjual.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, juga hotel di Cideng, Jakarta Pusat dijual dengan harga Rp 16 miliar. Dalam deskripsinya, harga hotel itu sudah turun dari Rp 23,5 miliar.
Spesifikasi hotel itu memiliki 50 kamar tidur dan 50 kamar mandi. Jumlah lantai ada 5, luas tanah 339 m2, Luas bangunan +/- 616 m2, bebas banjir, dapat parkir mobil 10 mobil dan 20 motor.
"Fasilitas standar hotel water heater, closet duduk. Full furniture, TV Parabola, AC, spring bed kasur dll, Laundry/usaha laundry coin/barcode, WiFi, CCTV 16 titik," tulis penjual di deskripsi.
Ada juga, Hotel The Social House Kemang dijual dengan menerangkan harga itu sudah murah karena COVID-19. Harga yang ditawarkan Rp 39 miliar. Hotel itu terletak di Jalan Kemang Barat, Bangka, Kemang.
"Luas Tanah 1.000 m2, luas bangunan 1.300 m2, tahun dibangun 2018," tulis penjual dalam deskripsi.
Untuk gedung kantor yang termurah misalnya di rumah123.com, kantor dijual harganya Rp 14 miliar. Gedung itu terletak di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat
"Luas Bangunan 362 m2, Luas Tanah : 362 m2, PERKANTORAN DI LIPPO THAMRIN OFFICE (HUB :JENNY 081280069xxx). Fasilitas, ATM Bank, Musholla, CCTV, Security 24 Jam, Parking, Retail, Rooftop Helipad," tulis penjual di deskripsi.
Kenapa hotel hingga kantor diobral? Cek halaman berikutnya.
Harga yang jauh di atas itu juga ada. Gedung perkantoran di kawasan Cideng, Jakarta Pusat dijual seharga Rp 100 miliar. Namun, memang dari hotel sebelumnya luar bangunan dan tanahnya berbeda.
"Luas tanah: 1.600 m2, Luas bangunan 3.000 m2, bangunan 5 lantai + basement 1 lantai, sertifikat HGB, parkiran mobil sekitar 30 mobil, lebar jalan 4 mobil, bebas banjir, lokasi sangat strategi, harga Rp 100 miliar nego," kata penjual di deskripsi.
Apa penyebab pengusaha menjual aset hotel-gedung perkantorannya?
Perencana keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho mengungkap penyebabnya karena kemungkinan pemiliknya sudah tidak sanggup lagi menanggung pengeluaran selama pandemi.
"Kemungkinannya sang owner dari tempat usaha tersebut sudah tidak sanggup lagi menanggung cash flow yang tekor selama masa pandemi karena biaya operasional yang terus berjalan, sementara pemasukan menjadi sangat kecil," katanya kepada detikcom, Kamis (21/10/2021).
"Hal ini tentu akan membuat cadangan modal perusahaan akan terus tergerus dan lama-kelamaan akan menjadi habis," tambahnya.
Menurutnya, sebenarnya selain menjual aset, ada alternatif lain yang bisa pengusaha gunakan. Yakni mencari pinjaman dana atau menggadaikan aset yang dimiliki sebagai suntikan dana untuk dana operasional.
"Namun mungkin ownernya punya pertimbangan lain semisal merasa sadar tidak memiliki kemampuan mencicil pengembalian dananya nanti ataupun pertimbangan lainnya, sehingga akhirnya memutuskan untuk menjual aset nya tersebut," tuturnya.
Lebih lanjut, jika aset besar di kala pandemi ini dijual apakah ada yang beli? Andy berpendapat bisa saja ada yang beli karena kala pandemi tidak semua pebisnis terdampak secara finansial.
"Apalagi semisal asetnya sedemikian bagus dan potensial namun dijual dengan harga di bawah harga pasar, maka bila calon pembeli melihat potensi yang bagus dari bisnis tersebut dan merasa masih akan tetap bisa bertahan modalnya sampai kondisi normal lagi, maka bisa jadi akan diambil penawaran yang diberikan," tutupnya.