Tips Cari Rumah Bebas Polusi, Biar Paru-paru 'Senyum' Terus

Tips Cari Rumah Bebas Polusi, Biar Paru-paru 'Senyum' Terus

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Rabu, 14 Sep 2022 17:59 WIB
Asap Polusi pabrik. dikhy sasra/ilustrasi/detikfoto
Ilustrasi Polusi. Foto: dikhy sasra
Jakarta -

Jabodetabek merupakan daerah padat penduduk dengan berbagai aktivitas bisnis dan ekonomi yang terpusat di dalamnya. Hal ini pula yang mendorong minat masyarakat dalam mencari hunian di area tersebut semakin meningkat.

Di sisi lain, kualitas udara di Jabodetabek, khususnya Jakarta akhir-akhir ini cukup rendah. Air Pollution Index milik WHO menyatakan index polusi Jakarta mencapai 39 Β΅g/mΒ³, atau 8 kali lipat dari standar WHO di 5 Β΅g/mΒ³.

Co-Founder Nafas, Piotr Jakubowski, mengatakan, kualitas udara menjadi salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mencari hunian. Meski demikian, akan cukup sulit dalam mencari sumber polusi itu sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sumber polusi udara di Indonesia itu seperti gado-gado. Ada campurannya di mana-mana. Jadi di daerah tertentu ada faktor seperti daerah pembakaran sampah, pembakaran sampah dari tetangganya, ada juga pabrik, kendaraan motor," ujar Piotr, dalam Webinar x Market Report by Pinhome dan Nafas, Rabu (14/09/2022).

"Jadi kalau kita mengklasifikasi sumbernya di daerah masing-masing, kita memikirkan itu sebagai fingerprint. Karena fingerprint kita semua beda," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Apalagi, ia menyampaikan, paparan polusi dari PM2,5 atau debu berukuran lebih kecil dari 2,5 mikrometer ini dapat memberikan dampak serius. Bahkan telah tervalidasi bisa menjadi salah satu pemicu kanker paru-paru.

Oleh karena itu, Head of Sales and Business Development Pinhome, Panca Satria, menyampaikan beberapa cara untuk para pembeli dalam mencari hunian dengan mempertimbangkan kualitas udara. Yang pertama ialah memantau rencana pembangunan dari properti tersebut.

"Jadi kita mungkin bisa lihat rencana pembangunannya. Rata-rata proyek properti primary itu inden ya. Biasanya bisa 12 bulan atau 24 bulan. Sambil kita lihat apakah dalam proses proyek properti tersebut memperhatikan kualitas udaranya, tidak dekat dengan kawasan industri, dan lain-lain," kata Panca.

Lebih lanjut Panca juga menyebut soal jarak lokasi dengan sumber keramaian hingga mendatangkan kerumunan dan menyebabkan kemacetan hingga polusi udara.

"Kepadatan penduduk itu belum tentu jadi faktor polusinya. Jadi itu perlu kita perhatikan juga dia kerumunannya atau crowd di sekitar fasilitas itu yang seperti apa," tambahnya.

Lanjut ke halaman berikutnya.

Sementara itu, Panca menambahkan, sistem pembuangan sampah di area hunian juga perlu menjadi pertimbangan penting.

"Ada satu proyek kita, tapi pada saat kita bawa konsumen ke situ pun kebetulan itu dekat dengan TPU Bantar Gebang di Bekasi. Radiusnya cukup jauh 10 km-an, tapi di depan area perumahannya bolak-balik truk yang akan menuju ke TPU. Jadi itu mungkin bisa diperhatikan," ungkap Panca.

Dengan demikian, ia mengatakan, faktor kondisi lingkungan menjadi salah hal yang harus diperhatikan pembeli. Apalagi, menurut data base Pinhome, rata-rata pencari properti di Indonesia adalah first time buyer, yakni 70-80%.

"Kondisi lingkungan itu adalah investasi penting bagi kesehatan keluarga kita bersama dalam jangka panjang. Karena orang beli properti itu terkadang once or twice in a lifetime.

"Jadi terkadang pada saat memilih diperhatikan kondisi lingkungannya misalkan proyek-proyek yang banyak green area, ada tempat olahraga, jogging track, dan fasilitas lainnya," ujar Panca.

Akses lokasi hunian dan keamanan property pun menurut Panca perlu menjadi perhatian bagi para pembeli ini dalam mencari hunian yang tepat.



Simak Video "Video: Bagaimana Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini?"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads