Bahkan ada perusahaan rutel yang kolaps, seperti 7-eleven (sevel).
Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengaku tengah melakukan kajian mengenai hal ini. Pasalnya, menurutnya jika dilihat dari data-data perpajakan yang ada, kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia justru menunjukkan pertumbuhan positif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun kalau fakta, adanya perubahan dari para retailer, entah itu dari sisi presence (kehadiran secara fisik) versus kegiatan-kegiatan retailer yang lain, ya kita akan lihat saja di mana letaknya. Apakah ini menunjukkan perubahan dari pola masyarakat berkonsumsi dan lain-lain," tambahnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta, Sarman Situmorang, menuturkan ada 4 ha yang menyebabkan tutupnya toko ritel di Jakarta.
Pertama soal daya beli masyarakat. Menurut Sarman, ada penurunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, yang asal usulnya bersumber dari ketidakstabilan perekonomian nasional. Ekonomi hanya mampu tumbuh sekitar 5%.
Kedua adalah soal persaingan antar pusat perbelanjaan yang semakin ketat. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan kawasan properti di wilayah baru.
Ketiga, banyaknya barang-barang atau produk asing yang sejenis, baik secara legal maupun ilegal. Harga yang lebih murah menjadi pilihan bagi konsumen.
Keempat, pasar e-commerce. Berdasarkan data yang didapatkan oleh Sarma baru sekitar 29% atau sekitar 26,3 juta jiwa masyarakat yang menjadi konsumen dalam pasar tersebut. Artinya memang belum dianggap sebagai penyebab atas fenomena sekarang, namun harus tetap diantisipasi ke depannya. (wdl/wdl)