Pertemuan yang dimulai pada pukul 16.00 WIB selesai pada pukul 18.00 WIB atau berlangsung selama dua jam. Pertemuan itu berlangsung di Aula Mezzanine Gedung Djuanda I Kementerian Keuangan.
Ekonom dari PT Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pemerintah fokus menjaga tingkat konsumsi rumah tangga yang pada kuartal III-2017 tumbuh melambat ke level 4,93%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu diharapkan menjaga momentum terutama konsumsi rumah tangga, seperti kuartal III-2017 kan tumbuh di bawah 5% dan itu sebetulnya konsennya yang pertama," kata Josua di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (7/11/2017).
Selain fokus pada konsumsi rumah tangga, pemerintah juga akan berkomitmen untuk mendorong investasi sektor infrastruktur yang jangka panjang juga mampu mendorong konsumsi serta potensi ekonomi lainnya.
"Ya kalau kita lihat stance-nya pemerintah kan masih optimis dengan perkembangan ekonomi saat ini, dari kondisi ekonomi global seperti China yang lebih baik dari perkiraan, kita lihat juga makanya ekspor kita di kuartal III-2017 tumbuh 17%, karena faktor ekonomi global yang membaik dan harga komoditas," ungkap dia.
Khusus untuk konsumsi rumah tangga, Josua mengatakan, pemerintah akan mencari cara bagaimana mengurangi perekonomian di beberapa daerah yang masih bergantung dengan komoditas.
"Karena spending masyarakat saat ini khususnya di provinsi penghasil komoditi cukup signifikan, makanya diupayakan pemerintah agar ketergantungan pada komoditi ini harus dikurangi agar tidak berpengaruh pada konsumsi, jadi akhirnya pertumbuhan kita jauh lebih sustain," jelas dia.
Senior Economist Standard Charetered Aldian Taloputra, menambahkan pertemuan ini juga memperhatikan terkait dengan melambatnya pertumbuhan konsumsi di kuartal III-2017.
"Itu (konsumsi) juga menjadi perhatian. Salah satu measure-nya pemerintah kan social spending-nya lebih besar dan penerima PKH lebih ditingkatkan," kata Aldian.
Namun pembahasan mengenai konsumsi tidak dilakukan secara khusus. Pembahasan, kata Aldian lebih kepada perkembangan ekonomi tahun ini dan tahun depan.
"Basicly, dibahas pertama angka ekonomi kemaren cukup positif dalam artian investasi lebih tinggi dari ekspektasi, namun memang angkanya mungkin di bawah market. Kedua, pemerintah masih confidence untuk target 2018. Mereka pikir reformasi pajak sama efektivitas spending itu bisa jadi pendorong," ungkap Aldian.
Di tempat yang sama, Ekonom dari DBS Gundy Cahyadi mengatakan, terkait dengan konsumsi rumah tangga memang ada pola yang berubah, yakni pada barang yang diperlukan atau dibutuhkan dengan barang yang hanya diinginkan.
"Ada perbedaan antara konsumsi barang yang kita mau dengan konsumsi barang yang kita perlu. Yang kita perlu stabil. Yang kita mau itu masih cukup lemah," kata Gundy.
Meski demikian, DBS, kata Gundy tidak begitu mempersoalkan terkait dengan melambatnya konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2017, lantaran demandnya masih sangat tinggi.
"Sebenarnya, bagi kami di DBS ngomong konsumsi terlalu banyak. Kita enggak perlu concern soal konsumsi. Yang perlu kita concern itu tentang sektor manufaktur. Itu masih belum bisa menopang ekonomi kita," jelas dia. (mkj/mkj)