"Infrastruktur yang dibangun ini kan membutuhkan timelack. Di mana kalau infrastruktur sedang dibangun ini enggak langsung berdampak positif pada masyarakat, tapi tunggu dulu sampai jadi," kata Ahmad di Jakarta, Jumat (10/11/2017).
Lagi pula, kata Heri, bila pembangunan infrastruktur sudah selesai dikerjakan, masyarakat belum tentu bisa menerima hasilnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau infrastruktur kita kalau sudah dibangun, sudah jadi, apakah akan mengurangi biaya logistik? Apakah akan meningkatkan daya saing industri kita? Jawabannya belum tentu. Karena kita yang sekarang lagi bangun infrastruktur, yang lagi banyak-banyaknya ini, ternyata negara lain juga senang. Mereka berpikir dengan baiknya infrastruktur ini, mereka bisa impor lebih lancar ke kita," katanya.
Lain cerita bila sektor Industri dalam negeri juga ikut dikembangkan. Bila pembangunan infrastruktur diimbangi dengan didorongnya sektor industri dalam negeri, maka hal itu akan lebih baik.
Bila tidak demikian, kata Heri, maka industri-industri luar negeri yang telah siap akan memanfaatkan hasil pembangunan infrastruktur seperti jalan tol tersebut.
"Jadi kalau misalnya pembangunan infrastruktur yang sekarang ini lagi banyak-banyaknya ini tidak diimbangi dengan pembangunan skill sumber daya manusia (SDM), dengan pembangunan industri, ya kita akan kalah juga. Infrastruktur yang bagus ini seperti tol di mana-mana hanya akan dimanfaatkan oleh importir. Karena industri di luar sana sudah siap untuk kirim barangnya di sini. Akhirnya kita jadi penonton lagi," katanya.
Oleh sebab itu, Heri mengatakan, pemerintah dalam membangun infrastruktur juga harus bisa mendorong pengembangan industri dalam negeri.
"Harusnya yang memanfaatkan (infrastruktur) ini kita duluan, makanya kita siapin dulu sektor-sektor industrinya, tenaga kerjanya. Sehingga kalau itu infrastruktur sudah jadi bisa kita manfaatkan, dan bisa berdampak untuk ekonomi kita. Jadi harusnya dilakukan berbarengan," pungkasnya.