Berdasarkan aturan itu juga, maka jenis beras yang diimpor adalah dalam bentuk beras umum dan premium, sesuai mandat Perpres No 48 Tahun 2016. Sebelumnya, yang akan diimpor pemerintah rencananya adalah beras khusus.
"Jadi, ada pergantian bukan lagi PPI tapi ini beras umum dan beras putih dengan kepecahan 0-5% (premium) dan 0-25% (medium) lebih fleksibel dan lebih cepat," kata Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (15/1/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kemarin itu beras-beras keperluan lain (khusus). Kalau sekarang beras umum itu bisa medium dan premium. Kan dua itu cadangan, dua jenis itu bisa medium dan premium, untuk pengendalian harga juga," katanya.
Enggar pun kembali menjelaskan, langkah impor ini perlu dilakukan untuk bisa memenuhi kebutuhan. Pasalnya, walaupun Bulog menyerap pasokan hasil panen, kebutuhan masyarakat tetap bergulir, sehingga tetap perlu dijaga dengan impor.
"Jangan dibayangkan ini panen dan stok Bulog masih ada, tapi kan stok Bulog itu bergulir terus. Belum nanti untuk operasi pasar dan rastra. Makanya sumbernya dari dua hal, panen dan impor," kata dia.
Sementara Bulog sendiri juga diminta untuk bisa terus melanjutkan operasi pasar dan mengeluarkan pasokan sebanyak 875 ribu ton yang saat ini dimiliki.
Direktur Utama Bulog, Djarot Kusumayakti, mengungkapkan bahwa pihaknya telah siap dari berbagai sisi untuk menjalankan penugasan dari pemerintah tersebut. Bulog akan segera melakukan tahapan impor sesuai dengan aturan.
"Dari sisi anggaran, kami sudah persiapkan khusus untuk beras. Ada Rp 15 triliun. Untuk impor itu masih jauh di bawah kecukupan. Artinya, Bulog sangat mampu, jangan khawatir," pungkasnya.
Operasi Pasar
Darmin juga meminta Bulog untuk melanjutkan operasi pasar
"Jadi, pemerintah menugaskan Bulog untuk mengintensifkan dan meneruskan operasi pasar dan melaksanakan rastra dan meningkatkan jumlah dan jangkauannya. Sehingga, harga beras bisa didorong kembali ke arah harga yang ditetapkan dalam HET kita," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, di kantornya, Jakarta, Senin (15/1/2018).
Darmin juga meminta agar operasi pasar tersebut dilakukan secepatnya hingga musim panen raya. Menurut perhitungannya, panen dimulai pada bulan Februari hingga Maret dan April yang mencapai musim puncak.
"Artinya memenuhi kebutuhan secara garis besar mungkin itu akan berlangsung dari sekarang sampai akhir Februari. Tapi kalau harga sudah turun, terutama di tingkat petani. Kita akan perhatikan betul, maka operasi pasar akan kami hentikan, walaupun belum sampai akhir Februari," katanya.
Lebih lanjut, Darmin menambahkan, bahwa Bulog juga ditugaskan dalam menyerap gabah petani pada musim panen raya ini dengan harga yang sesuai. Dia mengatakan, panen raya bakal dimulai pada pertengahan Februari hingga bulan Maret mendatang.
"Sehingga Bulog jangan sampai membeli gabah petani karena harga lebih tinggi daripada harga Bulog. Jadi, Bulog bisa beli. Aturan soal ini dituangkan dalam Impres 25/2015," katanya.
(zlf/zlf)