-
Lippo Group berencana membangun kota baru bernama Meikarta di Cikarang. Nilai investasinya tak main-main yakni mencapai Rp 278 triliun. Jelas, hal tersebut sempat membuat heboh masyarakat ketika rencana pembangunan diumumkan pertengahan tahun lalu.
Kota tersebut akan dibangun di lahan seluas 23 juta m2. Dalam kota tersebut akan dibangun gedung-gedung pencakar langit termasuk di dalamnya hunian vertikal atau apartemen. Lippo Group sendiri sudah mengumumkan penjualan 250 ribu unit apartemen yang tersebar di 15 tower pada Mei 2017.
pun penasaran dan menelusuri proyek tersebut. Tujuannya, untuk melihat perkembangan proyek ini. Begini rangkumannya:
Berdasarkan penelurusan
detikFinance di lokasi, Selasa (20/3/2018), dari total area yang bakal dikembangkan paling mencolok terlihat ialah dua tower apartemen. Bangunan tersebuat langsung terlihat ketika keluar dari Gerbang Tol Cibatu.
Pembatas proyek terlihat mengelilingi proyek tersebut. Dari celah pembatas tersebut terlihat para pekerja sedang sibuk melakukan pekerjaan konstruksi meskipun jumlah pekerja yang tampak tidak terlalu banyak.
Para pekerja mengenakan alat pelindung diri (APD) yakni rompi, helm, dan sepatu boot. Sementara, di sisi-sisi gedung terlihat jaring-jaring pengaman berwarna hijau. Alat-alat berat juga terlihat di sekitar proyek.
Kawasan Meikarta saat ini sangat panas dan gersang. Debu-debu juga berterbangan. Sesekali, tampak pekerja membawa sapu membersihkan jalan.
Truk-truk pengangkut barang sering terlihat hilir mudik di kawasan Meikarta. Tak heran, di beberapa titik jalan beton sedikit rusak walaupun tak parah.
Masih di kawasan Meikarta, terlihat alat pengangkat muatan dalam proyek konstruksi atau crane menjulang ke atas. Jumlahnya mencapai puluhan.
Lalu, terlihat para pekerja tersebar di beberapa titik proyek. Namun, bentuk fisiknya belum signifikan seperti pada dua apartemen itu tadi.
Progres proyek hunian Meikarta Cikarang sudah menyelesaikan beberapa aspek infrastruktur dan fasilitas pendukung. Selain itu sudah ada 2 tower apartemen mewah menjulang di dalam kawasan tersebut.
Kedua tower itu diakui oleh CEO Lippo Group James Riady merupakan proyek Orange County, milik Lippo. Dia menekankan Orange County merupakan bagian dari pengembangan Meikarta.
"Orange county kan CBD-nya (Central Business District) Meikarta. Itu termasuk Meikarta," tuturnya.
James menjelaskan, untuk saat ini proyek Meikarta sedang merampungkan seluruh aspek infrastruktur. Hingga saat ini proses pembangunan infrastruktur di Meikarta sudah mencapai sekitar 60-70%. Sementara untuk bangunan sudah diselesaikan pondasi.
Menurutnya, untuk membangun proyek hunian sekelas perkotaan seperti itu yang paling berat adalah membuat seluruh permukaan tanah rata. Hal itu dilakukan sebelum membangun infrastrukturnya.
"Itu kan semua sudah selesai, itu pekerjaan besar sekali. Pergerakannya kurang lebih 5 juta kubik tanah. Kalau itu enggak beres nanti yang saluran air dan sebagainya itu menjadi penting," ujarnya.
Selain itu, James juga mengatakan proyek Meikarta juga sudah menyelesaikan central park seluas 100 hektar. Taman yang diklaim sebagai taman terbesar di Indonesia.
Lippo Group yakin penjualan hunian Meikarta tahun ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya. Perusahaan yakin tahun ini penjualan apartemen Meikarta mencapai 80 ribu unit.
CEO Lippo Group James Riady mengatakan tahun lalu penjualan Meikarta bisa mencapai 140 ribu unit. Namun yang terealisasi hingga terselsainya proses administrasi hanya 60 ribu unit
"Untuk target penjualan tahun ini bisa menjual 80 ribu unit. Saya kira harapkan itu. Tahun lalu, penjualannya 140 ribu unit, ternyata proses KPA, proses lain sebagainya. Kan orang di kota sulit waktunya untuk mengurusi itu. Sampai saat ini sudah 60 ribu yang administrasi selesai," kata dia.
Di balik kemegahan proyek tersebut ada sebuah fakta yang mencengangkan. Di mana, ada pemukiman warga yang berada di tengah-tengah proyek tersebut. Pemukiman itu ialah Desa Cibatu RT 11 RW 5 Cikarang.
Sekilas melintas di proyek Meikarta pemukiman itu hampir tak terlihat. Lantaran, jalan akses pemukiman itu terlihat samar karena adanya pembatas pengaman di sepanjang proyek.
Alam, Ketua RT 11 RW 5 mengatakan, sebenarnya pihak Lippo sudah mulai melakukan pembelian lahan sejak tahun 1990-an. Namun, hingga saat ini belum semua warga angkat kaki dari wilayah tersebut.
"Tahun 1990-an sudah pada dibeli Lippo," kata dia saat berbincang dengan detikFinance.
Harga menjadi salah satu penyebab warga enggan pindah. Dia menjelaskan, pada tahun 2000 saja harga tanah masih murah yakni Rp 50 ribu per meter2 persegi. Harga tersebut masih bertahan sampai 2010.
Dia menerangkan, harga tanah mulai naik sejak tahun 2012. Waktu itu, harganya mencapai Rp 200 ribu per meter persegi. Kemudian, naik lagi di tahun 2014 sampai dengan Rp 500 ribu per meter persegi.
Harga tanah terus naik saat hadirnya proyek Meikarta. Posisi terakhir, kata dia, harganya hingga Rp 4 juta hingga Rp 5 juta per meter persegi.
"Dari 100 kepala keluarga (KK), sudah hampir 50% yang pindah. Sebelum Meikarta Rp 50 ribu tahun 2000, tahun 2010 saja masih segitu," kata dia.
Salah seorang warga yang masih bertahan di kawasan proyek Meikarta merasa dirugikan. Sebab, rumahnya kebanjiran karena adanya proyek Meikarta.
Ridwan, warga Desa Cibatu RT 11 RW 5 mengatakan, rumahnya kebanjiran karena adanya penyempitan saluran air di dekat rumahnya imbas dari pembangunan tersebut.
"Dulu nggak pernah banjir. Paling sampai saluran ini, air turun lagi, segede apapun," ujar dia.
Dia mengatakan, pembangunan proyek sendiri pertengahan tahun lalu. Di musim penghujan saat ini, air tiba-tiba bisa meluap dan masuk ke rumah. Bahkan, ketinggian air di atas lutut.
"Tanggal 1 Maret 2018, ya bulan ini, habis magrib datang air tiba-tiba. Yang parah kemarin," ujar dia.
Memang, tak banyak rumah tersisa di sekitar rumah Ridwan. Sebab, sebagian telah menjual rumah-rumah tersebut.
Sekarang ini, Ridwan mengaku khawatir. Apalagi, jika hujan terjadi di malam hari.
"Walaupun tengah malam nggak tidur, takutnya banjir tiba-tiba gede," ujarnya.
Kabar buruk muncul dari proyek andalan Grup Lippo, Meikarta. Para marketing Meikarta dikabarkan terancam tak digaji mulai Februari 2018.
Kabar yang menyebar di media sosial itu dibantah oleh CEO Lippo Group James Riady. Secara tegas dia menyebutkan bahwa kabar itu tidak benar alias hoax.
"Enggak bener lah. Viral begitu banyak. Itu kita sangat menyesalkan viral begitu, tapi kita enggak ada lah. Mana ada. Kalau seseorang punya hal digaji tapi enggak digaji itu kan sesuatu masalah besar. Enggak bener secara prinsip. Nggak benar begitu," jelasnya.
Proyek Meikarta juga dikabarkan akan ditinggalkan oleh investor dari China. Hal itu lantaran penjualan unit yang tidak maksimal.
James pun kembali membantah hal itu. Meski tidak merinci investor-investor asing di Meikarta namun dia menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk menjaga investor yang telah masuk.
"Enggak ada, Lippo enggak mungkin lepas begitu saja nggak mungkin dong inisiatif besar," imbuhnya.
James juga menepis tudingan adanya penjualan unit palsu Meikarta yang merupakan paksaan pembelian yang dilakukan oleh marketing Meikarta.