"Pertumbuhan 5,06% masih jauh dari ideal kalau target yang dikejar 5,4%," kata Peneliti Ekonomi Indef Bhima Yudhistira saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Senin (7/5/2018).
Dia menyebut pekerjaan rumah yang harus segera dibenahi adalah meningkatkan tingkat konsumsi rumah tangga yang memiliki andil sekitar 56% terhadap produk domestik bruto (PDB).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia bilang, jika pertumbuhan ekonomi nasional tetap di level 5% maka tidak menutup kemungkinan Indonesia bisa masuk ke dalam jebakan pendapatan kelas menengah atau middle income trap.
Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan laju pertumbuhan ekonomi 5,06% masih rendah dibanding dengan kuartal IV-2017 yang sebesar 5,19%. Meski lebih rendah, dia menyebut struktur perekonomian Indonesia dari sisi pengeluaran terus membaik kualitasnya, sebab share investasi mencapai 2,54% atau lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2017 yang sebesar 1,98%.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal I, tercatat 5,06%, lebih rendah dari perkiraan dan realisasi pertumbuhan kuartal terakhir tahun lalu yang tercatat 5,19%," kata Josua.
Guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi, pemerintah harus meningkatkan pelaku usaha untuk berinvestasi dengan melakukan penataan regulasi dan birokrasi di tingkat pemerintah pusat dan daerah.
Selain itu, pemerintah juga terus memberikan kemudahan berusaha serta melakukan integrasi sistem perizinan yang ramah terhadap investor.
"Secara khusus, pemerintah perlu mendorong insentif bagi investasi di sektor industri pengolahan yang masih menjadi pendorong utama perekonomian," ungkap dia. (ara/ara)