Fakta-fakta Baju Impor Asal China di Tanah Abang

Fakta-fakta Baju Impor Asal China di Tanah Abang

Puti Aini Yasmin - detikFinance
Kamis, 17 Mei 2018 07:01 WIB
Fakta-fakta Baju Impor Asal China di Tanah Abang
Jakarta - Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat kebanjiran baju impor asal China. Pakaian tersebut masuk dalam bentuk blus hingga celana.

Baju impor tersebut lebih diminati dibandingkan baju buatan lokal. Hal tersebut karena kualitas dan model yang lebih bagus.

Nah, dirangkum detikFinance, Kamis (17/5/2018) begini fakta baju impor asal China:

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jelang Lebaran tahun ini ada peningkatan untuk sejumlah barang impor, terutama dari China.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, jelang hari raya Idul Fitri biasanya ada kenaikan pada impor kelompok sandang.

"Untuk pakaian jadi bukan rajutan dalam rangka menghadapi Lebaran memang ada kenaikan, itu setiap tahun terjadi," ungkapnya.

Dia menjelaskan untuk impor tersebut naik 64,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Suhariyanto menyebutkan untuk nilainya April tahun ini tercatat sebesar US$ 36,3 juta.

"Kalau April tahun lalu 2017 itu untuk pakaian bukan rajutan nilainya hanya US$ 22 juta, tapi 2018 ini US$ 36,3 juta ada peningkatan sekitar US$ 14,2 juta," ujarnya.

Dari data BPS juga disebutkan impor filamen buatan dari China tercatat sebesar US$ 320,82 juta pada April. Filamen buatan adalah jenis benang yang digunakan untuk membuat kain.

Berbagai macam baju impor asal China dijual di Tanah Abang. Barang tersebut dijual dengan berbabagi model, baik untuk pria maupun wanita.

Penjual pakaian anak-anak di Pasar Tanah Abang, Endang mengatakan ada peningkatan penjualan jelang bulan puasa. Maka dari itu dirinya melakukan penyetokan terlebih dahulu.

"Kalau Lebaran pasti meningkat dari kemarin emang sudah nyetok Maret, April, Mei. Soalnya banyak yang beli," ungkapnya.

Ia mencontohkan penambahan tersebut bila biasanya hanya dibeli beberapa kodi, maka untuk stok dirinya membeli semua produksi dalam satu model.

"Iya biasanya banyak model beberapa kodi. Sekarang semua produksi kita beli tapi untuk satu modelnya," ungkapnya.

Selain itu, Endang mengakui stok yang meningkat di bulan April lalu juga dilakukan untuk menghindari pencegahan oleh Ditjen Bea dan Cukai terhadap produk yang tidak ada label SNI.

"Nyetok juga karena di pelabuhan lampu merah untuk barang-barang yang nggak ada label SNI-nya," pungkasnya.

Menurut salah satu pedagang pakaian di Pasar Tanah Abang, Anti baju impor dari China dijual lebih mahal dibandingkan baju buatan lokal. Hal ini dikarenakan bedanya kualitas bahan.

"Kayak baju bahan Balotelli buatan Indonesia ada Rp 35.000 ada juga Rp 50.000. Tapi kalau bahan katun Ima Toyobo impor itu bisa Rp 90.000 sampai Rp 100.000," ungkapnya.

Ia menjelaskan kualitas bahan impor tersebut lebih tebal dan halus dibandingkan bahan lokal. Maka dari itu, pengunjung pun lebih banyak yang membeli pakaian impor.

"Yang impor lah (lebih laris). Karena kan bahannya lebih bagus," ungkapnya.

Pedagang pakaian anak-anak, Azizah mengatakan barang yang dijual di tempatnya diimpor dari China. Hal itu dikarenakan model yang lebih beragam dibandingkan buatan lokal. Harganya pun dipatok dari Rp 50.000 hingga Rp 160.000 untuk anak baru lahir hingga 5 tahun.

"Semua impor dari China soalnya modelnya lebih banyak, lucu. Kalau lokal kan biasa," katanya.

Hide Ads