TINS menganggarkan belanja modal 2018 sebesar Rp 2,65 triliun Untuk mencapai target tersebut yang dialokasikan untuk investasi induk perusahaan sebesar Rp 2,23 triliun.
Dana Rp 2,23 triliun itu dipakai untuk meningkatkan kapasitas produksi sebesar Rp 994 miliar. Lalu rekondisi dan replacement sebesar Rp 575 miliar. Ada pula anggaran untuk revitalisasi aset sebesar Rp 329 miliar. Kemudian sarana pendukung sebesar Rp 222 miliar, dan pengembangan usaha sebesar Rp 107 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Timah Tebar Dividen Hingga Rp 175,84 Miliar |
Sedangkan sisanya sebesar Rp 422 miliar dialokasikan untuk anak usaha yang terbagi untuk PT Rumah Sakit Bakti Timah sebesar Rp 156 miliar dan PT Timah Investasi Mineral sebesar Rp 95,8 miliar.
Kemudian juga untuk PT Dok dan Perkapalan Air Kantung dikucuri Rp 88 miliar, suntikan ke PT Timah Industri senilai Rp 74 miliar, dan PT Timah Karya Persada Properti senilai Rp 7,5 miliar.
Direktur Operasi & Produksi PT Timah Tbk. Alwin Albar, mengungkapkan, pihaknya terus berusaha melakukan inovasi teknologi dan proses penambangan. Untuk teknologi ramah lingkungan ini, PT Timah sudah menyiapkannya sejak 2012.
"Konsep teknologinya sub surface mining. Kami sudah melakukan eksperimen dan improve di akhir 2012. Proses paten pun sudah dilakukan sejak 2015, dan mulai dioperasikan pada Februari 2018," kata Alwin dalam keterangannya, Senin (2/7/2018).
Saat ini, lanjut Alwin, teknologi sub surface mining baru dioperasikan untuk penambangan di darat. Targetnya, tahun depan dengan prototype yang sama, PT Timah akan mengoprasikannya di laut.
Penggunaan teknologi ramah lingkungan tersebut mendapat sambutan positif dari Mantan Ketua Dewan Nasional Walhi Nur Kholis, menyatakan dukungannya terhadap tranformasi teknologi yang dilakukan PT Timah Tbk.
"Sejauh ini saya lihat PT Timah sudah mengembangkan banyak hal. Salah satunya, peremajaan teknologi produksi yang lebih ramah lingkungan. Kita harus apresiasi langkah yang diambil sebelum lihat hasil. Teknologi dibuat sesuai perkembangan yang terjadi saat ini. Nanti kita lihat bersama bagaimana hasilnya," ujar Nur Kholis.
Baca juga: BUMN Ini Bakal Nambang Timah di Nigeria |
Ia menambahkan, sebagai perusahaan negara, PT Timah memang sudah harus memikirkan cara untuk mengadaptasi teknologi baru yang minim kerusakan.
"Memang agak mahal, tapi di sinilah negara harus hadir," ucapnya. (dna/ara)