"Ini lebih kepada produksi, lebih kepada data produksi. Nanti akan saya bicarakan dulu dengan dengan Pak Menko (Menko Perekonomian Darmin Nasution) dan beberapa hal tapi pada dasarnya BPS siap," ujar Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta Pusat, Senin (2/7/2018).
Ia menambahkan, BPS sudah mendata sejak Januari 2018. Pendataan dilakukan dengan mendatangi 198.000 petak sawah setiap akhir bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam melakukan pendataan, BPS menggunakan empat macam peta antara lain peta dari Badan Informasi Geospasial (BIG), peta dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), peta dari BPS, dan peta rupa bumi. Petugas BPS datang langsung ke sawah dan mengambil foto menggunakan smartphone.
"Petugas datang ke sana, ke sawah tersebut harus memotret pake HP-nya. Kalau dia tidak datang ke koordinat itu, dia nggak bisa memotret jadi programnya sudah dimatikan sedemikian rupa sehingga koordinatnya kita kunci untuk menjaga supaya mereka memang betul betul ke lapangan," tutur Suhariyanto.
Baca juga: Harga Beras Turun Tipis di Juni |
Dengan demikian, bisa dipantau langsung proses produksi padi di lahan sawah dan diterjemahkan ke dalam sebuah data yang akurat.
"Kita sudah menggandeng para ekonom untuk terjun ke lapangan untuk mengecek dan Saya pikir semua sepakat bahwa ini metode yang bagus lebih akurat lah," kata Suhariyanto. (ara/hns)