Rencana pelepasan aset perseroan ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan kinerja portofolio bisnis Pertamina ke depan. Pertamina dikabarkan tengah mengalami kesulitan dalam hal keuangan. Lantas, apakah itu karena Pertamina memberi gaji tinggi kepada karyawannya, hingga kesulitan dalam hal keuangan?
Pria yang pernah menjabat Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu mengatakan kondisi keuangan Pertamina yang dinilai sedang memasuki masa sulit bukan disebabkan pembayaran gaji tinggi karyawannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tonton juga video: 'Pertamina Rayu Azerbaijan Investasi Kilang Minyak di Indonesia'
Menurutnya, gaji yang diterima karyawan Pertamina masih sesuai dengan standar gaji pada industri perminyakan. Bahkan lebih rendah.
"Nggak, itu kan standar gaji orang Pertamina standar industri perminyakan. Kalau tidak gaji seperti itu bisa pergi diambil orang lain. Tapi itu standar internasional malah lebih rendah," kata Said Didu kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (20/7/2018).
Dia menilai, bila karyawan Pertamina tidak diberikan gaji yang layak, maka tak menutup kemungkinan profesional-profesional di sektor perminyakan tak ada yang tertarik masuk ke Pertamina. Walau begitu, dia sendiri tak bisa merinci berapa besar gaji yang diterima oleh karyawan atau pegawai Pertamina.
"Saya nggak tahu saya. Tapi yang jelas standar gaji mereka standar gaji industri perminyakan. Kalau nggak (sesuai) profesional pergi," katanya.
Baca juga: Temui Pendemo, Rini Diteriaki Bohong-bohong |
Lebih dari Itu, Said Didu mengatakan, masalah keuangan Pertamina lebih disebabkan karena adanya beban yang diberikan pemerintah terkait dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) penugasan.
"Kalau kesulitan keuangan karena penugasan pemerintah untuk men-supply Premium dan tidak ada uang subsidinya. Kan harga produksi Premium sekarang itu sekitar Rp 8.500/liter harga pasar, tapi kan Pertamina disuruh jual Rp 6.450/liter," tuturnya.