Inalum akan mencari pinjaman dari perbankan untuk mengumpulkan dana itu. Bahkan Dirut Inalum Budi Gunadi Sadikin mengaku sudah ditawarkan oleh 11 bank hingga US$ 5,2 miliar atau setara Rp 72,8 triliun.
Jika memang Inalum bisa mendapatkan dana pinjaman itu, apakah induk dari holding BUMN tambang ini mampu melunasinya? Head of Corporate Communication Inalum, Rendi Achmad Witular, menjelaskan, secara konsolidasi cash flow Inalum mencapai Rp 16,14 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kita punya kemampuan secara cash flow untuk melunasi utang yang digunakan membeli saham ini. Kita sangat mampu," tuturnya dalam diskusi media Forum Merdeka Barat 9, di Kemkominfo, Jakarta, Senin (23/7/2018).
Rendi menambahkan, total pendapatan Inalum hingga akhir 2017 juga mencapai Rp 47,18 triliun, EBITDA Rp 12,3 triliun, laba bersih Rp 6,8 triliun dan total aset mencapai Rp 93,2 triliun.
Dia juga menegaskan, dari bank-bank yang menunjukkan minatnya memberikan pendanaan bentuk pinjamannya tidak menjaminkan kepemilikan saham. "Jaminannya hanya potensi bisnisnya," tambahnya.
Selain itu dia juga menepis tanggapan mengenai dana yang dikeluarkan terlalu mahal, sebab total cadangan terbukti di Grasberg secara nilai mencapai US$ 150 miliar. PTFI juga memiliki EBITDA sebesar US$ 4 miliar. Sedangan rata-rata laba bersih PTFI setelah 2022 diperkirakan mencapai US$ 2 miliar.
"Bayangkan kita mengeluarkan US$ 3,85 miliar untuk membeli kekayaan Grasberg yang mencapai US$ 150 miliar. Secara potensi bisnis tambang Grasberg sangat besar dan menurut teman-teman ahli tambang potensi emasnya sampai 2.100 juga enggak bakalan habis," tegasnya. (hns/hns)