"Sudah sejak Lebaran lalu, ayam sulit. Puncaknya Kamis (19/7/2018) kemarin. Jumat (20/8/2018) tidak jualan. Kosong, tidak ada barang," kata Warsito, salah seorang ayam potong ditemui di timur Tugu Jagung, Boulevard Soekarno, jalan masuk kompleks perkantoran terpadu Pemkab Boyolali, Senin (23/7/2018) siang.
Sekitar pukul 13.00 WIB, puluhan pedagang ayam berkumpul di jalan tersebut. Mereka juga membawa armada mobil pikap berikut box-box kandang yang biasa digunakan mengangkut ayam potong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Mereka berencana mengadu ke DPRD Boyolali, namun karena mereka belum menyampaikan surat pemberitahuan ke Polres Boyolali dan DPRD, sehingga niat menyampaikan aspirasi itu pun batal dilakukan. Mereka juga akan membentuk paguyuban terlebih dulu.
Para pedagang mengeluhkan harga ayam tinggi. Selain itu juga sulitnya mendapatkan pasokan ayam potong tersebut. Bahkan, mencari sampai luar daerah, seperti Salatiga, Magelang dan Semarang juga sulit didapat.
![]() |
Menurut Warsito, harga ayam potong di tingkat peternak saat ini berkisar Rp 24.000/kg. Kemudian dijual ke pengecer sekitar Rp 25.500/kg.
"Kemarin (harga ayam) kisaran Rp 24.000 per kilogram, itu harga di kandang (tingkat peternak). Itu yang ambil kisaran 3 ton ke sana (ke atas)," jelasnya.
Harga normal atau standarnya, kata dia, yakni Rp 17.000 sampai Rp 18.000/kg.
"Permintaan kami, harga minta diturunkan dan barang juga jangan sampai langka," ujar Warsito.
![]() |
Mengenai penyebab langkanya ayam potong, pihaknya menduga karena produksi yang berkurang. Hal itu disebabkan karena kemungkinan banyak ayam yang mati.
"Karena ayamnya banyak yang mati. Misalnya masukkan 1.000 (ekor) yang hidup sekitar 600 ekor," katanya.
Baca juga: Pedagang Daging Ayam di Sleman Mogok Jualan |
Salah seorang peternak ayam potong, Sumadi, mengatakan produksi ayam potong menurun sejak dilarangnya penggunaan Antibiotic Growth Promoter (AGP), pertumbuhan ayam tidak maksimal dan produksi turun.
"AGP dihilangi jadi angel (sulit), produksi turun dan waktu panen juga mundur," kata Sumadi, warga Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang saat melintas di Boulevar Soekarno.
Dia sempat berhenti setelah melihat para pedagang ayam Boyolali berkumpul di lokasi tersebut. Sumadi menjelaskan, dengan menggunakan AGP pertumbuhan ayam cukup cepat. Ayam umur 35 hari bobotnya sudah mencapai 2 kg.
"Sekarang 42 hari, bobotnya tidak sampai 2 kg. Selain itu harga pakan juga naik. Kalau biasanya Rp 6.000/kg sekarang sudah mendekati Rp 8.000/kg" jelas Sumadi.
Di kandangnya yang memiliki kapasitas 16.000 ekor saat ini juga sedang kosong.
"16.000 ekor, ini sudah habis. (Kandang) Sudah kosong. DOC juga sulit (Didapat)," tambahnya.
Sementara terpisah Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali, Juwaris, mengatakan produksi ayam potong dan telor saat ini mengalami penurunan. Hal itu disebabkan beberapa faktor.
Antara lain pelarangan penggunaan AGP, yang memicu tingginya kematian ayam. Sehingga produksi menurun. Pelarangan penggunaan AGP sesuai dengan Permentan No 4 tahun 2017 tentang pengaturan penggunaan obat-obatan hewan.
"Jadi banyak peternak yang mencampurkan anti biotik itu biar pertumbuhan ternaknya cepat gede. Itu tidak sehat (bagi kesehatan manusia yang mengonsumsi)," terang Juwaris.
Selain itu, disebabkan kenaikan harga pakan dan faktor cuaca saat ini. Namun pihaknya memprediksi, hal ini tidak akan berlangsung lama.
"Nanti kalau sudah ganti (DOC) yang baru, dari awal tidak menggunakan obat itu (AGP), dan biosecurity-nya baik, ternaknya akan bagus. Produksi akan naik lagi," tutur Juwaris. (hns/hns)