Kenaikan harga pakan ternak ini membuat para peternak kelabakan karena membuat daya beli peternak menurun yang berakibat turunnya produksi telur.
"Dalam sebulan saya biasanya pesan 1 ton untuk ayam-ayam saya. Tapi dengan kenaikan harga pakan ayam ini, saya kurangi," kata kata Aan Susanto (25) salah satu peternak ayam petelur di Randudongkal, saat ditemui detikFinance, Senin (23/07).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biasanya Aan membeli pakan ternak langsung dari Tangerang, satu bulan sekali untuk pemenuhan kebutuhan ternak ayam petelurnya. Berbagai cara dilakukan para peternak untuk membuat olahan alternatif pakan ayam pengganti seperti olahan jagung.
"Ya karena harga pakan naik ini, harga telur juga naik. Pakan harus tetap ada agar ayam-ayam tetap bisa bertelur dan tidak stres karena kurang pakan," katanya.
Dalam kondisi normal produksi telur ayam sehari mampu mencapai 85% dari jumlah ayam yang ada, kini merosot menjadi 70 hingga 75% saja.
"Ya karena itu membuat harga telur naik," katanya.
Akibat harga pakan ayam naik, ujung-ujungnya harga telur terus naik. Di Pasar Induk Pemalang, harga telur dari pedagang mencapai Rp 30.000/kg, padahal sebelumnya harga telur ayam tak lebih dari Rp 24.000/kg.
Baca juga: Pedagang Daging Ayam di Sleman Mogok Jualan |
Kenaikan harga telur bagi para pedagang di pasar tradisional dan para pegiat dapur, dikeluhkan. Bagi pedagang di pasar, kenaikan harga telur mempengaruhi omzet penjualan telur hingga sampai 30 persen.
"Para pembeli yang biasanya belanja telur banyak, berkurang," kata Siswanto (49) seorang pedagang telur di pasar tradisional Pemalang.
Hal yang sama dikeluhkan juga para pembeli langganannya yang kebanyakan para ibu-ibu rumah tangga.
"Ya terpaksa kita kurangi konsumsi telur. Yang biasanya kita beli dua kilo ya kita beli satu kilo," ujar Ranita pembei telur di Pasar Induk Pemalang.
Para pedagang berharap pihak pemerintah segera turun tangan dengan melakukan operasi pasar agar harga telur ayam ini bisa segera turun. (hns/hns)