Kondisi tersebut menjadi sentimen negatif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak kemarin. Hingga hari ini IHSG masih dibayangi oleh sentimen negatif Turki.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menyampaikan krisis ekonomi di Turki saat ini mengancam bank-bank di Eropa mengalami kredit macet. Jika itu terjadi maka harus dilakukan bailout atau upaya penyelamatan terhadap bank tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Sempat Menguat, IHSG Loyo Lagi di Jeda Siang |
Ketika terjadi krisis di Turki seperti sekarang ini, pelaku pasar akan memilih meninggalkan emerging market, termasuk Indonesia, sehingga aliran dana asing akan keluar dari pasar saham Indonesia.
"Ketika krisis Turki seperti ini, risiko emerging market meningkat. Jadi orang ninggalin emerging market, termasuk pasar Indonesia, mereka bergerak keluar pasar kita. Nah ini yang jadi kendala kita," tambahnya.
Dihubungi terpisah, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menyampaikan, selain sentimen negatif dari Turki, sebenarnya yang menjadi kekhawatiran pelaku pasar karena hasil rilis sejumlah data makro ekonomi Indonesia.
"Pasar sentimen negatifnya lagi banyak. Cadangan devisa turun, account defisit melebar terhadap GDP, dan lain sebagainya. Jadi karena kondisi rilis data makro menunjukkan penurunanan, artinya pelaku pasar asumsikan nanti ekonomi kita akan seperti Turki," tambahnya.
Diketahui, jeda perdagangan saham siang ini IHSG masih memerah meski sempat hijau tadi pagi. IHSG turun 25,099 poin (0,43%) ke 5.836,147. Indeks LQ45 turun Rp 6,609 poin (0,72%) ke 916,426.
IHGS terseret jatuhnya 7 saham sektoral. Saham sektor barang konsumsi jatuh paling dalam siang ini mencapai 0,81% diikuti saham sektor konstruksi sebesar 0,73%. (dna/dna)