Data BPS menunjukkan defisit neraca migas naik menjadi US$1,6 miliar, dari posisi US$1,2 miliar pada bulan sebelumnya. Merespons data BPS ini Staf Khusus Presiden bidang ekonomi Ahmad Erani Yustika mengatakan penyebab tekanan pada neraca migas masih menjadi penyebab defisit neraca perdagangan.
Baca juga: BPS: Neraca Dagang Agustus Tekor US$ 1,02 M |
"Pengaruh lonjakan harga minyak dunia sangat mempengaruhi neraca perdagangan migas. BPS juga mencatat bahwa nilai impor migas naik 14,5% (month on month) selama Agustus, di mana impor minyak mentah melonjak hingga 67,55% (year on year). Pada bagian lain impor non migas terkoreksi 11,7% (month on month)," ujar Ahmad Erani dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (17/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu dalam kaitan mengelola impor bahan baku/penolong serta barang konsumsi, pemerintah telah menyesuaikan Pajak Penghasilan (PPh) pada sejumlah komoditas yang dinilai dapat diproduksi di dalam negeri.
"Perbaikan kinerja neraca perdagangan diharapkan dapat menekan defisit neraca transaksi berjalan, sehingga dapat memberikan sinyal positif bagi perekonomian, khususnya dunia usaha," kata Ahmad Erani.
Dia menambahkan kinerja neraca perdagangan mulai menunjukkan perbaikan. Menurut rilis Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini, defisit neraca perdagangan Agustus 2018 turun menjadi US$1,02 miliar; dari posisi US$2 miliar pada bulan sebelumnya.
"Penurunan defisit tersebut sejalan dengan surplus neraca nonmigas yang mencapai US$639 juta. Juli lalu, neraca ini defisit hingga US$778 juta," tuturnya. (nkn/hns)