Kecelakaan itu terjadi cukup tragis, gerbong kereta yang digunakan warga untuk sarana transportasi massal ini terguling ke persawahan warga yang ada di sepanjang Ciwidey.
Kecelakaan itu terjadi di Kampung Garung, Desa Ukang Haur, Kecamatan Ciwidey. Lokasinya tidak jauh dengan kediaman Amid yang berada di Kampung Babakan Sasak, Desa Sukajadi, Kecamatan Soreang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Amid kecelakaan itu menimbulkan korban jiwa dan luka-luka. Korban tewas dalam insiden ini disebutnya sekitar enam orang.
"Lalumpatan ka Ciwidey, aya kereta tiguling ka sawah (lari ke Ciwidey, ada kereta terguling ke area pesawahan)," kata Amid saat ditemui detikcom di kampungnya, Selasa (18/9/2018).
Ia mengungkapkan, lokasi kecelakaan tersebut tidak jauh dari kampungnya, berdekatan atau dapat disebut perbatasan Ciwidey-Soreang. Menurutnya, pasca insiden kecelakaan tersebut, kereta api Bandung-Ciwidey tidak lagi beroperasi.
"Taun 1972, atos kecelakaan eta tos we teu jalan deui (Tahun 1972, setelah kecelakaan itu sudah tidak beroprasi lagi)," ungkapnya.
Amid berujar, enam gerbong kereta api ini terguling ke lahan persawahan. Awalnya gerbong paling belakang yang terguling diikuti gerbang lainnya ikut tergulung.
"Aya genep gerbong, nu ngaguling nu tukang hela terus nguling sadayana. (Ada enam gerbong, pertama yang terguling yang belakang, terus terguling semuanya," ujarnya.
Pada saat insiden kecelakaan tersebut, Amid juga sempat ikut mengevakuasi korban dari lokasi kejadian menuju Rumah Sakit Soreang untuk dilakukan perawatan. Korban tewas di antaranya masinis, teknisi dan penumpang.
"Upami teu lepat korban na genep orang, masinis, KS (teknisi), jeng penumpang na ge. Pas dicandak ka rumah sakit pinuh ku leutak, abah sempet meresihan leutak na, kalalotor. Ngantunkeun na mah di rumah sakit. (Kalau tidak salah korban nya enam orang, masinis, KS (teknisi), sama penumpang. Pas dibawa ke rumah sakit penuh lumpur, abah sempat bersihin lumpur, kotor. Meninggal nya di rumah sakit," paparnya.
Warga lainnya, Yaya (73) berujar, rel kereta api itu amblas karena tanah yang berada di wilayah Ciwidey labil. Tanah penyangga rel itu tergerus karena disepanjangnya merupakan pesawahan.
"Ambles relna, soalna kan eta sawah janten ngagebros taneuhna. (Amblas, soalnya itu kan sawah jadi longsor tanahnya," tambah Yaya.
Sejak kecelakaan 1972 itu jalur Bandung-Ciwidey ditutup. Alhasil, Kwik, kereta api yang menjadi andalan warga di jalur Bandung-Ciwidey saat itu, ikut berhenti beroperasi. Jalur Bandung Ciwidey yang dibuka sejak 1923 resmi ditutup total pada 1982. (hns/hns)