"Dulu tanpa kemajuan mekanisasi ini, petani bisa membajak sawahnya 1 hektar berhari-hari, tapi ini cukup 2 hingga 3 jam saja. Artinya pembangunan pertanian yang dijalankan telah menunjukkan hasil yang membanggakan ," kata Andi dalam keterangan tertulis, Senin (17/12/2018).
Kemudahan menggunakan alsintan ini dirasakan oleh petani di di Desa Moncobalang, Kecamatan Barombong, Sulawesi Selatan, bernama Abdul Muin. Ia mengatakan, jika dulu tanam padi 1 hektare secara manual dikerjakan 12 orang membutuhkan waktu 1 hari full, namun dengan menggunakan alsintan bisa dilakukan selama 3 jam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang akrab disapa Daeng Tiro itu juga mengatakan penggunaan alsintan dapat menghemat biaya operasional. Sebab biaya tanam padi secara manual Rp 75 ribu per orang, sehingga jika tenaga kerjanya 12 orang maka biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 900 ribu per ha. Namun dengan menggunakan transplanter hanya membutuhkan biaya yang lebih sedikit.
"Kami hanya mengeluarkan biaya beli bahan bakar minyak 4 liter, biayanya Rp 10 ribu per liter jadi totalnya Rp 40 ribu. Artinya perbedaan biayanya yang dikeluarkan sangat jauh. Kami bisa menabung lebih banyak, kalau dulu hasil padi hanya pas-pasan untuk biaya kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Perlu diketahui, di tahun 2018, Kementan mengalokasikan anggaran Rp 2,81 triliun untuk membeli 70.839 unit alsintan yang fokus pada subsektor padi, jagung dan kedelai. Per November 2018, anggaran dan target sudah terealisasi sebesar 98%, sehingga sekitar 69.196 unit alsintan sudah diberikan kepada 69.196 kelompok tani dengan luas lahan sekitar 500 hektare.