Namun fakta yang didapat Aman sungguh di luar dugaan. Saat itu dia mengaku kaget luar biasa. Bercampur haru, dia ceritakan kabar bahagia itu kepada detikFinance.
"Staf guru panggil saya ke kantor. Katanya suruh anak saya masuk kedokteran karena anak saya mau dan mampu," ucap Aman berkisah di tempat kerjanya, Madapolo, Halmahera Selatan, Rabu (6/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aman pun buru-buru mengecek keuangannya. Dia pun menyanggupinya karena merasa mampu membiayai sekolah anaknya, apalagi dia sudah sengaja menabung selama 2 tahun.
"Saya diskusi dengan dosen-dosen satu bulan berapa harus saya siapkan uang itu. Apalagi nggak ada beasiswa. Rp 10 juta satu semester sampai koas kira-kira saya harus siapkan Rp 55 juta saya pikir saya mampu," lanjut Aman.
Kesungguhan dan rasa optimis Aman ini sempat dipertanyakan oleh anak bungsunya itu. Anaknya tahu benar jika bapaknya hanya seorang nelayan dengan kapal Pajeko.
"Dalam perjalann tes itu dia menangis. Lalu saya tanya kenapa apa dia menangis apa karena kesusah pelajaran. Tapi dia malah tanya sama saya apa saya punya uang untuk biaya sekolah," cerita Aman sembari sesekali mengusap matanya yang mulai berair.
"Banyak yang punya uang banyak tapi nggak mampu tapi anak saya mampu jadi dokter. Jadi kalau garis tangan di situ dia pasti jadi," tuturnya optimis.
Akhirnya, anaknya pun melenggang mulus diterima di universitas negeri di Palu fakultas Kedokteran dan akan lulus di tahun 2020. Aman mengaku segala mimpi anaknya menjadi dokter tersebut dia bangun dari satu perahu yang disebut dengan Pajeko.
Perahu Pajeko mempunyai desain dan struktur terbuat dari kayu dan terinspirasi dari nelayan-nelayan di Ambon. Aman telah berganti banyak perahu Pajeko sejak 2001, kali ini dia tengah membuat perahu yang bermuatan 17 ton ikan dengan panjang 17 m dan lebar 3 m. Di dalamnya terdiri dari 2 ruang palka ikan, 2 ruang mesin, dan tempat penampungan ikan.
"Bahan baku dari Bitung dan Ambon. Kain mat dari Ternate. Sekarang yang kerja ini 8 orang dari tangga 1 Februari , minggu ini selesai. Biayanya Rp 350 juta. Uang pembuatan dari uang sendiri dari hasil kapal Pajeko sebelumnya. Kapal sebelumnya itu sudah lama sudah 13 tahun makanya saya ganti jadi bahan fiber," paparnya pemilih perahu Pajeko dengan nama 'Family' ini.
Dari kapal Pajeko sebelumnya, Aman mengaku bisa meraup pendapatan kotor Rp 10 sampai 50 juta dengan jumlah ikan yang didapat 25 box dalam sehari.Aman mengaku sempat mengalami kesulitan keuangan selama dia tidak melaut dan membuat Pajeko ini. Apalagi dia harus membayar kuliah anaknya.
"Saya pinjam Rp 100 juta kepada BRI untuk bayar tukang. Baru kali ini saya pinjam lagi karena anak sekolah dan saya bangun kapal," tuturnya.
Dia mengaku lebih mudah jika meminjam dari BRI. Bahkan dengan adanya Teras BRI Kapal Bahtera Seva III dia tidak perlu pergi ke Pulau Bacan untuk meminjam uang. "Enak sekali dengan adanya kapal BRI ini," tutupnya senang.
Sebagai informasi, Teras BRI Kapal Bahtera Seva III atau sering disebut Bahtera Seva yang melayani perbankan di sekitar Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Bank terapung ini beroperasi selama 4 hari setiap minggu yang mempunyai rute Pulau Bacan (homeport), Pulau Batang Lomang, Mandioli, Madapolo, Pasipalele, Saketa, Kayoa, lalu kembali lagi ke homeport. Adapun jadwal pelayarannya dari Selasa hingga Jumat. Baca berita lainnya mengenai Teras BRI Kapal Bahtera Seva di Ekspedisi Bahtera Seva. (ega/hns)