Kritik Kementan, Peternak: Perhitungan Produksi Ayam Meleset!

Kritik Kementan, Peternak: Perhitungan Produksi Ayam Meleset!

Vadhia Lidyana - detikFinance
Rabu, 26 Jun 2019 15:49 WIB
Foto: Eko Susanto/detikcom
Jakarta - Peternak ayam di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur merugi karena harga ayam hidup anjlok. Bahkan, harga terendah per kilogramnya (kg) ada yang menyentuh Rp 6.000 per kg. Anjloknya harga ini disebut karena adanya kelebihan stok.

Gabungan Organisasi Peternak Ayam (Gopan) kelebihan stok ini disebabkan oleh melesetnya perhitungan Kementerian Pertanian (Kementan). Sebab, angka produksi per minggu anak ayam itu sejatinya sudah ditentukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan).

Sekretaris Jenderal Gopan, Sugeng Wahyudi mengatakan, biasanya Kementan mematok angka 60 juta untuk per minggu anak ayam. Maksudnya, dalam satu produksi, Kementan menentukan peternak untuk membesarkan 60 juta anak ayam yang membutuhkan waktu 5-6 minggu untuk siap dipotong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah ada acuan produksi dari Kementan. Jadi ada kesalahan. Tapi mereka tidak bicara salah perhitungan, ya bicara over supply saja. Tapi ini kan sudah dikaji oleh tim ahli. Kemarin ini 68 juta per minggu anak ayam. Padahal normalnya 60 juta," kata Sugeng ketika dihubungi detikFinance, Rabu (25/6/2019).


Namun, di periode kali ini Kementan menentukan angka produksi hingga 68 juta per minggu anak ayam. Sehingga, suplai ayam berlebih dan kelebihannya mencapai 8 juta yang tersebar di seluruh Indonesia. Itu lah mengapa Gopan menyebut Kementan meleset perhitungannya.

"Anak ayamnya atau day old chick-nya (DOC) itu yang tersebar sekarang kurang lebih 68 juta di seluruh Indonesia. Sementara keperluannya itu 60 juta. Ini ada lebih 8 juta. Ini kan kemudian jadi ayam siap potong, jadi ayam di pasar itu berarti lebih pasok sementara permintaannya itu sama, relatif stagnan," kata Sugeng.

"Memang ini sudah dalam perhitungan kan. Jadi Kementan dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) sudah menghitung kira-kira supply-nya harus berapa. Nah ini kan meleset perhitungannya," sambung sugeng.

Sementara itu, detikFinance mencoba menghubungi Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementan I Ketut Diarmita untuk meminta tanggapan. Namun, ketika sambungan telepon dijawab, Ketut langsung mematikan sambungannya. Ketut juga tak memberi respon pesan singkat yang dikirim detikFinance.

(fdl/fdl)

Hide Ads