"Iya (akan bangun pabrik baru). Kalau ada (aturan) TKDN 2020 kita akan bangun pabrik lebih cepat. Kita lagi nunggu aturan pemerintah," jelas General Manager National Sales Senior Sharp Indonesia, Andry Adi Utomo di Pantai Festival Ancol, Jakarta, Rabu (7/8/2019).
Andry menuturkan pembangunan pabrik ini akan menelan biaya investasi hingga Rp 200 miliar. Sebelumnya, Sharp telah membangun pabrik lemari es juga mesin cuci di kawasan yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menuturkan apabila pemerintah memberlakukan aturan TKDN terbaru pada 2020, maka mereka bisa mempercepat pembangunan pabrik. Sebab jika tidak, Sharp tidak bisa melakukan penjualan AC di Indonesia yang mana selama ini diimpor dari Thailand.
"Kalau nanti pemerintah menerapkan TKDN kita nggak bisa jualan AC kan," tuturnya.
Selain itu, faktor peningkatan penjualan AC pada beberapa tahun terakhir juga jadi pertimbangan Sharp untuk membangun pabrik lebih cepat.
"Kalau bisnis AC masih bagus (bisa lebih cepat). Tahun ini kan kita udah jual hampir 80.000 unit per bulan," ungkapnya.
Ia mengatakan, investasi pembangunan pabrik AC di Karawang bisa lebih mahal dibandingkan mesin cuci. Sebab, untuk membuat pendingin ruangan bukan hanya merakit produknya saja.
"Investasi di pabrik AC agak susah. Agak mahal. Dibandingkan lemari es. Kenapa? Karena kan AC lebih ke assembling merakit aja. Kalau mesin cuci Rp 40-Rp 50 miliar investasinya. Karena mesin cuci lebih simpel," pungkasnya.
(prf/hns)