Jakarta -
Vietnam terus mencuri perhatian. Beberapa waktu lalu, negara ini dikabarkan memborong investasi dari perusahaan yang hengkang dari China.
Dari 33 perusahaan yang angkat kaki dari China, sebanyak 23 perusahaan masuk ke Vietnam. Tak heran, Presiden Joko Widodo (Jokowi) geram karena Indonesia tak kebagian investasi tersebut.
Namun, bukan itu saja Vietnam unggul dibanding Indonesia. Rupanya, ekspor ikan Vietnam juga lebih unggul dari Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jelas, hal ini jadi tanda tanya, ko bisa? Simak berita selengkapnya dirangkum
detikcom:
Direktur Utama Perum Perindo Risyanto Suanda menerangkan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memproyeksikan ekspor perikanan pada 2020 sebesar US$ 5,9 miliar. Hal itu disampaikan KKP dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan DPR.
"Ternyata Vietnam luar biasa. Saya minggu lalu ikut RDP di DPR. KKP proyeksi tahun depan seluruh ekspor 2020 US$ 5,9 miliar, seluruh ekspor seafood kita," katanya dalam acara 'Ngopi BUMN' di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Senin (16/9/2019).
Angka tersebut rupanya masih di bawah Vietnam. Dia bilang, tahun lalu nilai ekspor Vietnam sudah mencapai US$ 8,9 miliar. Bahkan nilainya tahun ini bakal meningkat lagi.
"Vietnam tahun lalu US$ 8,9 miliar, tahun ini mungkin US$ 10 miliar, tahun depan belasan," ujarnya.
Dia menuturkan, besarnya ekspor Vietnam karena negara ini menjadi pengekspor ulang. Vietnam mampu melakukan hal ini karena ditopang oleh fasilitas yang mumpuni.
"Ternyata Vietnam re-ekspor. Mereka beli semua dari kawasan, Indonesia, Thailand, Malaysia, diproses di Vietnam di-reekspor ke Amerika, ke Eropa. PR kita penetrasi kita ke end market di Amerika, Eropa masih kurang, karena apa handling processing kita masih jadi PR," terangnya.
Risyanto mengatakan, perlu strategi untuk mengejar ketertinggalan dari Vietnam. Dia mengatakan, caranya dengan mendorong fasilitas pengolahan agar sesuai dengan standar.
Dia bilang, Perum Perindo sendiri memiliki cold storage dan integrated cold storage di 20 titik.
"Pertanyaan dari 20 titik berapa yang certified? 25%-nya, jadi 75% masih berjuang. Certified bukan susah juga, cuma dari dulu kita nggak terbiasa untuk itu, kita bikin cold storage simpan menyimpan saja nggak berpikir jual langsung ekspor," jelasnya.
Lanjutnya, proses sertifikasi ini terus berjalan. Dia bilang, saat ini mengejar sertifikasi 7-8 fasilitas sehingga memenuhi kriteria ekspor.
"Ini on going, kita sudah Natuna, Rembang, Brondong, certified, Sangihe, sudah punya 4. Kita dorong 7-8 certified minimal B sehingga bisa ekspor Jepang, Australia. Kita up grade fasilitas kita," tutupnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman