Wawancara Mendag: Misi Dagang RI hingga Setop Impor Beras

Laporan dari Busan

Wawancara Mendag: Misi Dagang RI hingga Setop Impor Beras

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 04 Des 2019 06:00 WIB
Foto: Dok. Humas Kemendag
Jakarta - Indonesia dan Korea Selatan baru saja mendeklarasikan kerja sama di bidang perekonomian. Dari kerja sama ini kedua negara akan membuka jalan untuk perdagangan dan pemenuhan kebutuhan produk ekspor impor.

Menteri perdagangan Agus Suparmanto baru saja ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo pada Oktober lalu. Namun dia sudah harus memimpin misi dagang dan menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) untuk perdagangan bilateral dengan negara lain.

Apa sebenarnya keuntungan dari perjanjian dagang ini? Agus Suparmanto juga bicara mengenai strategi menekan defisit neraca perdagangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut cuplikan wawancara detikcom dengan Agus Suparmanto di Busan, Korea Selatan.



Deklarasi bersama Indonesia Korea Selatan (IK CEPA) sudah dilakukan. Apa sebenarnya tujuan utama dari deklarasi ini?
Begini, IK CEPA merupakan perjanjian dagang antara Indonesia dengan Korea Selatan. Tujuan dan harapannya adalah kita bisa membuka akses pasar di kedua negara. Nah dari situ juga bisa menarik investasi dari Korea Selatan untuk masuk ke Indonesia. Contohnya Hyundai yang sudah confidence dan dia masuk ke Indonesia. Nah ini membuat pengusaha Korea Selatan yang lain juga berminat ke Indonesia, ujung dari investasi ini adalah menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Ini agar sesuai dengan arahan pak Presiden Jokowi.

Deklarasi sudah dilakukan tahun ini, mudah-mudahan tahun depan bisa ditandatangani, sekarang sudah masuk tahapan detil untuk pelaksanaannya akan seperti apa dan nanti mekanismenya bagaimana.

Detil seperti apa yang dimaksud?
Poinnya itu nanti mengenai tarif dan mekanisme kerjanya akan dibahas. Pada prinsipnya mereka sudah deklarasi untuk bekerja sama dengan Indonesia ini kan hubungan spesial di kedua belah pihak.

Nantinya apa saja yang diperdagangkan antara Korsel dan Indonesia?
Macam-macam yang akan diperdagangkan ada beberapa komoditas dan sumber daya. Termasuk Hyundai juga yang dalam waktu 2 tahun ke depan akan terealisasi produksi setelah pembangunan pabriknya. Lalu akan ada juga plywood, Indonesia juga akan ekspor ikan seperti tuna, Indonesia juga punya potensi untuk produk baja dan chemical produk.

Berapa besar potensi nilai transaksi yang akan terjadi antara Indonesia dan Korsel ini?
Untuk saat ini potensi nilai besar sekali, tapi detilnya belum dihitung pasti tren ke depan akan meningkat. Kalau dilihat potensi dari Hyundai US$ 1,5 miliar, nah dengan IK CEPA ini bisa lebih besar. Mudah-mudahan tahun depan bisa clear perhitungan potensi nilainya.

Selain Hyundai yang sudah masuk, ada berapa banyak lagi perusahaan yang menjajaki kerja sama dengan Indonesia?
Ya ada beberapa yang sudah bertemu langsung dengan pak Presiden, ada perusahaan yang ingin ikut ke pemindahan Ibu Kota banyak yang mau partisipasi. Lalu juga saat pertemuan Presiden dengan CEO ini ada beberapa perusahaan yang bertemu menteri terkait dan berkoordinasi dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mereka mau masuk di energi.

Ini positif untuk Indonesia, karena memang hubungan Indonesia dan Korea Selatan ini sangat baik. Lalu dari Kementerian Perdagangan juga ada misi dagang tingkat menengah.

Dari misi dagang tersebut apa saja yang dibawa oleh Indonesia?
Jadi kita mengundang perusahaan-perusahaan seperti perikanan, kayu sampai tekstil. Nanti yang mereka lihat apa yang kita punya dan dicocokkan dengan kebutuhan mereka. Ini bisa jadi peluang besar untuk ekspor dari Indonesia ke Korea. Intinya kan kita melihat pasar apa yang kosong di Korea Selatan dan mereka minta dari kita.

Apakah ada produk khusus dari Indonesia yang diminta oleh Korea Selatan?
Memang untuk permintaan khusus ini tidak ada. Tapi mereka minta yang sesuai kebutuhan mereka saja, tergantung pertumbuhan ekonomi mereka, tantangan di negara mereka seperti apa yang dibutuhkan.

Kemendag sempat membawa pengusaha ikan hingga daun kelor ke Korea Selatan bagaimana potensi kedua barang ini?
Jadi, kalau untuk ikan ini permintaan di Korea Selatan itu besar. Mereka menginginkan produk seperti itu dan di Indonesia banyak sekali. Target kita untuk perdagangan bilateral ini dalam waktu 3 tahun US$ 3 miliar.



Lalu dari Kemendag sendiri apa strategi bapak untuk meningkatkan ekspor?

Masalah selama ini adalah, kebanyakan pengusaha menengah di Indonesia kurang mendapatkan informasi yang jelas terkait negara tujuan ekspor. Misalnya negara tersebut tidak ada perwakilan dagang atau perusahaannya tidak punya kantor perwakilan di sana. Karena itu, kita akan supply informasi dan membukakan jalan sebanyak-banyaknya. Kemudian diimbangi dengan memudahkan perizinan dagang agar singkat dan cepat.

Untuk usaha kecil menengah berorientasi ekspor apa saja yang dilakukan agar menjadi lebih baik?
Begini, kualitas sumber daya manusia (SDM) harus ditingkatkan, produk juga harus ditingkatkan kualitasnya, informasi sampai networking merupakan hal yang sangat penting dan wajib dimiliki. Karena jika ada yang kurang dari hal-hal tersebut maka upaya ekspor akan menjadi lebih berat dan sulit.

Kualitas bagus, produk bagus tapi tidak punya channel ke luar negeri juga kan susah. Karena itu kita melalui ITPC di luar negeri berupaya untuk memudahkan akses pasar ke luar negeri untuk pengusaha di Indonesia yang tidak punya akses informasi yang lengkap. Mudahnya gini, kita membuka jalan dulu untuk mereka. Lalu ada juga contoh mereka mampu ekspor dan dipesan 100 unit, tapi ketika dipesan 1.000 mereka nggak sanggup, nah ini juga harus diperhatikan jangan sampai kuantitas juga mengganggu.

Terkait defisit neraca perdagangan, apa strategi Kemendag untuk memperbaikinya?
Masalah di neraca perdagangan kita ini karena impor yang besar itu adalah dari migas. Nah pak Menko Perekonomian sudah mengusulkan energi terbarukan sebagai langkah untuk mengurangi masalah neraca perdagangan ini dengan melanjutkan produk B30, B50 dan B100 nah ini akan lebih menarik.

Lalu pemerintah juga akan selektif dalam melakukan impor, yakni melihat kebutuhan yang ada di dalam negeri baru mengambil dari luar negeri.

Pak Jokowi sempat menyebutkan dia ingin impor dipersulit agar neraca perdagangan tak tertekan, bagaimana Kemendag melihat ini?
Begini, mempersulit impor itu saya rasa artinya kita harus selektif, jika ingin mengimpor harus ada aturan. Baiknya jangan mengimpor jika terjadi kerugian pada masyarakat. Impor itu kan intinya untuk mengisi kekosongan, memperbaiki dan stabilitas harga dan tidak merusak harga di masyarakat. Jadi jangan sampai kita impor beras tapi saat panen raya di dalam negeri, nah bisa hancur ini. Seperti itulah gambarannya.

Jadi tidak akan ada impor beras selama kepemimpinan bapak?
Nggak, nggak, harusnya nggak kita kan melihat lahan dan sejauh ini produktivitas dalam negeri cukup dan tidak perlu impor.

Terkait perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang tidak selesai, bagaimana bapak sebagai Menteri Perdagangan melihat ini? Masih adakah potensi yang bisa diambil Indonesia?
Sebenarnya masih ada potensi besar dari ketegangan dagang AS dan China ini. Tapi memang penuh tantangan dan juga harus jeli masuk dalam peluang tersebut. Seperti produk karet dan kayu ini kita masih ada potensi besar untuk ekspor ke China.

Apakah akan ada peraturan yang akan diubah untuk mempermudah kebijakan?

Ada, yaitu beberapa peraturan yang menghambat ekspor, kita mau ubah itu akan dikaji lagi dengan aturan impor yang merusak pasar. Contohnya begini ekspor dengan pengusaha agar bahan-bahan bisa distandarisasi dan disesuaikan.






Hide Ads