Lalu dari Kemendag sendiri apa strategi bapak untuk meningkatkan ekspor?
Masalah selama ini adalah, kebanyakan pengusaha menengah di Indonesia kurang mendapatkan informasi yang jelas terkait negara tujuan ekspor. Misalnya negara tersebut tidak ada perwakilan dagang atau perusahaannya tidak punya kantor perwakilan di sana. Karena itu, kita akan supply informasi dan membukakan jalan sebanyak-banyaknya. Kemudian diimbangi dengan memudahkan perizinan dagang agar singkat dan cepat.
Untuk usaha kecil menengah berorientasi ekspor apa saja yang dilakukan agar menjadi lebih baik?
Begini, kualitas sumber daya manusia (SDM) harus ditingkatkan, produk juga harus ditingkatkan kualitasnya, informasi sampai networking merupakan hal yang sangat penting dan wajib dimiliki. Karena jika ada yang kurang dari hal-hal tersebut maka upaya ekspor akan menjadi lebih berat dan sulit.
Kualitas bagus, produk bagus tapi tidak punya channel ke luar negeri juga kan susah. Karena itu kita melalui ITPC di luar negeri berupaya untuk memudahkan akses pasar ke luar negeri untuk pengusaha di Indonesia yang tidak punya akses informasi yang lengkap. Mudahnya gini, kita membuka jalan dulu untuk mereka. Lalu ada juga contoh mereka mampu ekspor dan dipesan 100 unit, tapi ketika dipesan 1.000 mereka nggak sanggup, nah ini juga harus diperhatikan jangan sampai kuantitas juga mengganggu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalah di neraca perdagangan kita ini karena impor yang besar itu adalah dari migas. Nah pak Menko Perekonomian sudah mengusulkan energi terbarukan sebagai langkah untuk mengurangi masalah neraca perdagangan ini dengan melanjutkan produk B30, B50 dan B100 nah ini akan lebih menarik.
Lalu pemerintah juga akan selektif dalam melakukan impor, yakni melihat kebutuhan yang ada di dalam negeri baru mengambil dari luar negeri.
Pak Jokowi sempat menyebutkan dia ingin impor dipersulit agar neraca perdagangan tak tertekan, bagaimana Kemendag melihat ini?
Begini, mempersulit impor itu saya rasa artinya kita harus selektif, jika ingin mengimpor harus ada aturan. Baiknya jangan mengimpor jika terjadi kerugian pada masyarakat. Impor itu kan intinya untuk mengisi kekosongan, memperbaiki dan stabilitas harga dan tidak merusak harga di masyarakat. Jadi jangan sampai kita impor beras tapi saat panen raya di dalam negeri, nah bisa hancur ini. Seperti itulah gambarannya.
Jadi tidak akan ada impor beras selama kepemimpinan bapak?
Nggak, nggak, harusnya nggak kita kan melihat lahan dan sejauh ini produktivitas dalam negeri cukup dan tidak perlu impor.
Terkait perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang tidak selesai, bagaimana bapak sebagai Menteri Perdagangan melihat ini? Masih adakah potensi yang bisa diambil Indonesia?
Sebenarnya masih ada potensi besar dari ketegangan dagang AS dan China ini. Tapi memang penuh tantangan dan juga harus jeli masuk dalam peluang tersebut. Seperti produk karet dan kayu ini kita masih ada potensi besar untuk ekspor ke China.
Apakah akan ada peraturan yang akan diubah untuk mempermudah kebijakan?
Ada, yaitu beberapa peraturan yang menghambat ekspor, kita mau ubah itu akan dikaji lagi dengan aturan impor yang merusak pasar. Contohnya begini ekspor dengan pengusaha agar bahan-bahan bisa distandarisasi dan disesuaikan.
(kil/zlf)